Memahami Aset Kripto, NFT dan Gagasan ‘Greater Fool Theory'

Aset kripto disebut tidak memiliki nilai

Jakarta, IDN Times - Tren investasi aset kripto saat ini semakin diminati di Indonesia. Bahkan para public figure seperti Anang Hermansyah, Wirda Mansur, hingga Raffi Ahmad merilis token kripto miliknya sendiri.

Namun, belakangan ini pembahasan mengenai gagasan “Greater Fool Theory” terhadap investasi aset kripto dan NFT ramai dibicarakan. Hal itu berawal dari interview Bill Gates dengan TechCrunch yang mengatakan bahwa NFT dan kripto adalah “100 persen didasarkan pada "greater fool theory.”

Lantas sebenarnya, apa yang dimaksud dengan kripto dan NFT serta gagasan “greater fool theory”? Simak ulasannya di bawah ini!

Baca Juga: Investor Melejit, Begini Proyeksi Pasar Kripto dan NFT

1. Apa itu aset kripto?

Memahami Aset Kripto, NFT dan Gagasan ‘Greater Fool Theory'ilustrasi cryptocurrency (IDN Times/Aditya Pratama)

Aset kripto atau yang dikenal dengan cryptocurrency adalah mata uang yang digunakan untuk bertransaksi secara digital. Misalnya seperti bitcoin, ethereum, ripple, litecoin, dogecoin, dan sebagainya.

Dikutip dari Investopedia, cryptocurrency adalah mata uang virtual yang didukung oleh sistem kriptografi sehingga mungkinkan adanya transaksi digital yang aman tanpa menggunakan perantara pihak ketiga. Sistem kriptografi memiliki peran untuk menjadikan proses komunikasi yang aman dan rahasia. Sehingga isi pesan hanya diketahui oleh si pengirim dan penerima.

Cryptocurrency umumnya tidak dikeluarkan oleh otoritas pusat, sehingga, aset kripto bebas dari campur tangan dan kendali otoritas pusat.

Baca Juga: Tertarik dengan NFT? Ini Dia 4 Jenis NFT yang Bisa Kamu Kepoin

2. Apa itu NFT?

Memahami Aset Kripto, NFT dan Gagasan ‘Greater Fool Theory'Kumpulan desain "Bored ape", NFT desain avatar yang viral pada tahun 2021 (dontdiewonder.com)

Dikutip dari Forbes, non-fungible token (NFT) adalah aset digital yang mewakili objek dunia nyata seperti seni, musik, item dalam game, dan video. Menurut situs Coindesk, pendapatan NFT sendiri bahkan telah mencapai 174 juta dolar AS sejak November 2017.

Secara garis besar, NFT adalah barang digital yang diperjualbelikan menggunakan teknologi blockchain. Hampir mirip dengan cryptocurrency, NFT diperjualbelikan melalui platform khusus. Misalnya seperti OpenSea, Rarible, Mintable, hingga SuperRare.

Dilansir dari laman Gramedia, NFT juga merupakan aset digital yang tidak dapat diduplikasi berulang kali. NFT milik pembeli memiliki hal unik dan dapat dibuktikan dengan bukti pembelian di blockchain cryptocurrency. Misalnya foto selfie milik Ghozali Everyday yang sempat viral beberapa waktu lalu. Foto selfie tersebut dilelang sebagai NFT dan dijual seharga 2 ethereum (mata uang virtual) atau senilai Rp92,3 juta.

3. Gagasan “greater fool theory” dalam literatur keuangan

Memahami Aset Kripto, NFT dan Gagasan ‘Greater Fool Theory'Ilustrasi perdagangan kripto (freepik/freepik)

Gagasan “greater fool theory” mulai ramai dibicarakan setelah interview Bill Gates dengan TechCrunch, yang mengatakan bahwa NFT dan kripto adalah “100 persen didasarkan pada greater fool theory.” Selain itu, pada 2020 lalu, Warren Buffet juga menyebutkan bahwa aset kripto pada dasarnya tidak memiliki nilai. Gates dan Buffet sama-sama berpendapat bahwa kripto tidak menawarkan nilai di “dunia nyata”.

Vice President Growth Tokocrypto, Cenmi Mulyanto, mencoba menjelaskan aset kripto dan NFT dari sudut pandang yang berbeda. Ia mengakui, saat ini meskipun benar bahwa hanya ada sedikit aplikasi kripto dan NFT di kehidupan nyata, namun masih terlalu dini untuk mengatakan dengan pasti bahwa Bitcoin atau aset kripto lainnya tidak berguna.

“Sebelumnya kita pahami dulu “greater fool theory” dalam literatur keuangan adalah Anda tidak boleh berinvestasi dalam sesuatu, jika nilainya hanya bergantung pada penjualannya kepada orang lain dengan harga lebih tinggi. Kripto dan NFT kini hanya dipandang hanya sebatas permukaan dari potensi besar Bitcoin dan teknologi blockchain,” kata Cenmi dalam keterangan yang dikutip pada Senin (11/7/2022).

Baca Juga: Kepincut NFT, CR7 Jalin Kerja Sama dengan Binance

4. Bitcoin diibaratkan seperti minyak bumi

Memahami Aset Kripto, NFT dan Gagasan ‘Greater Fool Theory'Bitcoin (Pixabay/tom bark)

Cenmi menganalogikan Bitcoin seperti komoditas minyak bumi pada tahun awal penemuannya. Kala itu, minyak bumi hanya digunakan sebatas menjadi penerangan, tetapi belum bisa digunakan untuk menggerakkan mobil, pesawat, dan lainnya. Sama seperti Bitcoin, minyak bumi adalah komoditas yang terbatas, tetapi penggunaan di dunia nyata bermakna.

“Bitcoin saat ini penggunaannya masih terbatas, hanya untuk menyimpan tabungan di luar sistem mata uang fiat, transfer uang melintasi perbatasan, dan untuk menyelesaikan transaksi besar dengan cepat dan tidak dapat diubah. Di negara-negara tertentu, ini merupakan terobosan yang dinantikan untuk revolusi layanan keuangan sentralisasi,” ujar nya.

5. Pembelian bitcoin saat ini diklaim berpengaruh pada penggunaan masa depan

Memahami Aset Kripto, NFT dan Gagasan ‘Greater Fool Theory'ilustrasi bitcoin (pixabay/mohamed_hassan)

Menurut Cenmi, investor yang membeli Bitcoin hari ini bertaruh akan ada penggunaan masa depan yang dibangun di atas kemampuan yang sekarang dengan bantuan teknologi blockchain dan bisa berdampak lebih besar daripada kapitalisasi pasarnya saat ini.

“Membeli Bitcoin hari ini seperti membeli minyak pada abad ke-18 setelah melihat kegunaan awalnya. Tapi tidak seperti minyak, dengan Bitcoin, investor tidak terburu-buru, karena sebagai aset digital, dapat menyimpannya dengan murah selama bertahun-tahun sambil menunggu permintaan meningkat,” tutur Cenmi.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya