3 Fakta Ekonomi Haji, Andalan Pundi Uang Masa Depan Arab Saudi 

Putra Mahkota punya target pendapatan nonminyak di visi 2030

Jakarta, IDN Times - Ibadah haji menjadi salah satu kewajiban yang harus dijalankan bagi seluruh umat muslim yang mampu di seluruh dunia. Bagi Arab Saudi, hal ini menjadi salah satu daya tarik utama negara mereka yang memang bertanggung jawab atas kelancaran penyelenggaraan haji.

Setiap tahun, haji membantu perekonomian Arab Saudi, terutama di sektor pariwisata. Ini menjadi andalan di samping pendapatan utamanya melalui penjualan minyak bumi yang selama ini memang dikenal dunia. 

Namun, ketika COVID-19 menjadi pandemik di seluruh dunia pada 2020, pelaksanaan ibadah haji di Arab Saudi terpaksa dihentikan untuk sementara guna mengantisipasi penyebaran virus yang tidak terkendali. Saudi pun kehilangan pendapatan besar mereka dari haji. 

Tahun ini, pemerintah Arab Saudi mengumumkan mereka siap menerima kembali peziarah haji ataupun umrah khusus bagi masyarakat yang tercatat sebagai warga di Kerajaan Arab Saudi, sebagaimana dilaporkan dari Arab News. Ini sebagai salah satu bentuk adaptasi sebelum Riyadh mengizinkan muslim dari seluruh dunia untuk melaksanakan ibadah haji di Arab Saudi.

Berikut adalah fakta-fakta menarik mengenai haji sebagai kegiatan yang menjadi pendapatan esensial Arab Saudi, di luar pendapatan mereka dari minyak.

Baca Juga: BPKH Jamin Tak Telat Bayar Biaya Haji ke Arab Saudi

1. Haji sumbang 20 persen dari PDB non-minyak

3 Fakta Ekonomi Haji, Andalan Pundi Uang Masa Depan Arab Saudi Ilustrasi Penurunan Harga Minyak (IDN Times/Arief Rahmat)

Sebagai negara yang kaya akan minyak bumi, banyak orang yang beranggapan bahwa Arab Saudi akan terus mengandalkan sumber daya alam tersebut sebagai pemasukan utamanya. Tetapi ketika Putra Mahkota Mohammad bin Salman secara bertahap mengambil alih tata kelola pemerintahan dan perekonomian Arab Saudi, anggapan itu berubah.

Kegiatan pariwisata ibadah haji termasuk dalam visi 2030 Putra Mahkota Mohammad bin Salman. Dalam visi itu, dia menargetkan Saudi tidak perlu lagi mengandalkan minyak.

Dilansir dari TRT World, ibadah haji dan umrah biasanya menyumbang sekitar 12 miliar dolar AS per tahun atau sekitar 20 persen dari total keseluruhan pendapatan PDB nonminyak yang dimiliki Arab Saudi sebelum terjadinya pandemik COVID-19.

Meskipun angka tersebut tergolong kecil dibandingan pendapatan dari hasil ekspor minyak mereka, ini dianggap sesuai denham peningkatan yang diinginkan Mohammad bin Salman. Dia menargetkan Saudi dapat mengandalkan pemasukan yang berkesinambungan.

2. Pendapatan tahun 2022 ditargetkan 150 miliar dolar AS

3 Fakta Ekonomi Haji, Andalan Pundi Uang Masa Depan Arab Saudi Ilustrasi Jemaah Haji (ANTARA FOTO/Zohra Bensemra)

Visi 2030 yang dipersiapkan Mohammad bin Salman merupakan proyek ambisius guna memajukan peradaban dan perekonomian Arab Saudi yang dianggapnya masih terlalu terbelakang serta tradisional. Aksi modernisasi besar-besaran menjadi pilihan Putra Mahkota Kerajaan Saudi itu sehingga sedikit demi sedikit Arab Saudi mulai membuka negaranya yang sebelumnya terkenal selalu menolak budaya non-Arab atau kebarat-baratan.

Oleh karena itulah, pemerintah Arab Saudi kini berharap pelaksanaan ibadahkHaji dapat mendatangkan pundi-pundi uang lebih besar di masa yang akan datang. Besarnya perhatian pemerintah Saudi kepada sektor haji tak lepas dari rencana mereka yang menargetkan pendapatan 150 miliar dolar AS atau sekitar 2 kuadriliun rupiah dari sektor ini pada 2022, seperti yang dilansir dari TRT World.

Dalam beberapa tahun terakhir, Riyadh terlihat sudah menginvestasikan banyak uang dengan melakukan pembangunan sektor pariwisata di kawasan haji, seperti hotel dan berbagai fasilitas. Mereka juga membuka 100 ribu pekerjaan yang berkaitan dengan haji untuk warga mereka. 

Baca Juga: Luhut Buka Pintu untuk Jajaki Kerja Sama dengan Arab Saudi

3. Tonggak pariwisata Arab Saudi

3 Fakta Ekonomi Haji, Andalan Pundi Uang Masa Depan Arab Saudi Suasana Masjid Nabawi, Madinah yang dipenuhi oleh Jamaah di tengah musim haji (IDN Times/Umi Kalsum)

Karena proses pembaharuan yang diinginkan Putra Mahkota Mohammad bin Salman baru berjalan beberapa tahun, belum semua pemasukan nonminyak sudah berhasil dijalankan. Saat ini, satu-satunya sektor pariwisata yang paling menguntungkan di Arab Saudi adalah ibadah haji yang berpusat di tiga kota, yaitu Makkah, Madinah, dan Jeddah. 

Dilaporkan The Conversation, pemerintah Arab Saudi mulai memberikan banyak kemudahan bagi muslim untuk beribadah haji ataupun umrah demi meningkatkan jumlah pengunjung. Keputusan yang disahkan pada 2019 ini merupakan salah satu cara yang diupayakan Arab Saudi agar kuota 30 juta pengunjung ibadah haji dan umrah dapat terpenuhi hingga 2030.

Salah satu upaya itu dengan mengizinkan perempuan untuk melakukan haji tanpa perlu ditemani mahram. Mereka juga mengeluarkan e-visa untuk turis internasional.

Di tengah merebaknya COVID-19, Arab Saudi sementara menerapkan haji khusus warga lokal. Namun, mereka sangat menyadari bahwa pelaksanaan ibadah haji skala internasional harus benar-benar terlaksana secepatnya, agar visi 2030 sang Putra Mahkota dapat sukses tercapai. 

Baca Juga: Arab Saudi Selenggarakan Haji 2021 Terbatas, Begini Respons Kemenag

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya