Kepercayaan Konsumen AS Melejit usai Damai Dagang China

- Indeks kepercayaan konsumen AS melonjak tajam pada Mei 2025, naik menjadi 98,0, meningkat 12,3 poin dari April.
- Kenaikan ini terjadi sebelum kesepakatan dagang AS-China dan diikuti oleh optimisme pasar investasi.
- Meski demikian, masih ada kekhawatiran terhadap ketidakpastian ekonomi akibat negosiasi dagang yang belum tuntas.
Jakarta, IDN Times – Indeks kepercayaan konsumen Amerika Serikat (AS) melonjak tajam pada Mei 2025, menyusul kemajuan besar dalam perundingan dagang dengan China. Indeks dari The Conference Board naik menjadi 98,0, meningkat 12,3 poin dibanding April. Ini adalah kenaikan bulanan pertama sejak November dan yang terbesar sejak Maret 2021.
Kenaikan ini melampaui prediksi ekonom, yang memperkirakan angka hanya 86,0 menurut Dow Jones dan 88,0 dari FactSet. Dilansir dari CNN Internasional, Rabu (28/5/2025), kenaikan tersebut tercatat terjadi bahkan sebelum kesepakatan dagang AS-China pada 12 Mei 2025.
Menurut Stephanie Guichard, ekonom senior untuk indikator global dari The Conference Board, lonjakan kepercayaan makin kuat setelah kesepakatan, terutama didorong oleh ekspektasi konsumen mengenai kondisi bisnis, prospek pekerjaan, dan pendapatan masa depan, yang semuanya naik dari posisi rendah pada April. Kenaikan ini mengakhiri tren penurunan lima bulan berturut-turut, ketika perang dagang membuat konsumen pesimistis.
1. Truce dagang dengan China dorong optimisme pasar

Perjanjian gencatan senjata antara AS dan China diteken pada 12 Mei di Jenewa. Kedua negara sepakat untuk memangkas tarif satu sama lain selama 90 hari. Kesepakatan ini dianggap sebagai terobosan besar di tengah perang dagang yang makin intens.
Namun, ketegangan belum benar-benar reda setelah kesepakatan tercapai. Kementerian Perdagangan China menuduh AS “merusak” pembicaraan setelah pemerintahan Presiden AS Donald Trump memperingatkan soal penggunaan chip AI buatan Huawei. China juga menolak tuntutan Trump untuk membahas aliran fentanyl, menyebutnya sebagai urusan domestik AS.
Di luar China, perkembangan lain turut mengangkat semangat pasar. Pada 8 Mei, Inggris memaparkan kerangka kerja perjanjian dagang, termasuk pemangkasan pajak mobil impor. Uni Eropa pun menyatakan kesediaan mempercepat negosiasi dagang, mendorong Trump menunda ancaman tarif 50 persen atas impor dari Eropa hingga 9 Juli.
2. Indikator ekonomi lain ikut meningkat

Dilansir dari CNBC Internasional, indikator kepercayaan konsumen lain dari The Conference Board menunjukkan tren serupa. Indeks kondisi saat ini naik menjadi 135,9 atau bertambah 4,8 poin. Sementara itu, indeks harapan melonjak 17,4 poin menjadi 72,8.
Optimisme juga tercermin dari pasar investasi. Sebanyak 44 persen responden memperkirakan harga saham akan naik dalam 12 bulan ke depan, meningkat 6,4 poin persentase dari April. Pandangan terhadap pasar kerja pun membaik, dengan 19,2 persen memperkirakan akan lebih banyak lapangan kerja dalam enam bulan ke depan, naik dari 13,9 persen.
Namun, persepsi terhadap ketersediaan kerja saat ini tetap beragam. Sekitar 31,8 persen menyatakan pekerjaan “melimpah”, sementara 18,6 persen merasa pekerjaan “sulit didapat”, meningkat 1,1 poin. Peningkatan sentimen terjadi di semua kelompok usia, pendapatan, dan afiliasi politik, dengan kelompok Republik mencatat lonjakan tertinggi.
3. Ketidakpastian ekonomi masih bayangi konsumsi

Meski kepercayaan meningkat, masih ada kekhawatiran terhadap ketidakpastian ekonomi akibat negosiasi dagang yang belum tuntas. Lebih dari seratus kesepakatan masih perlu difinalisasi sebelum tarif balasan kembali diberlakukan pada awal Juli.
Menurut Robert Frick, ekonom korporasi di Navy Federal Credit Union, penurunan tarif, terutama dengan China, telah meningkatkan kepercayaan konsumen, tetapi harga yang lebih tinggi dari tarif yang masih berlaku dapat memicu kekhawatiran inflasi dalam beberapa bulan ke depan.
Perilaku konsumen belakangan juga mempersulit analisis tren belanja. Banyak warga AS mempercepat pembelian, terutama mobil, untuk menghindari tarif, sehingga mempengaruhi data penjualan ritel. Penjualan final ke pembeli domestik naik menjadi 3 persen pada kuartal I, dibanding 2,9 persen pada kuartal sebelumnya.
Data dari Departemen Perdagangan AS untuk bulan April, termasuk belanja rumah tangga, pendapatan, dan indikator inflasi favorit bank sentral, akan menjadi penentu apakah belanja masyarakat akan bertahan atau mulai menurun.