Kian Memburuk, Afrika Selatan Tetapkan Darurat Ekonomi Nasional

- Presiden Afsel tetapkan darurat ekonomi nasional
- Luncurkan Economic War Room untuk atasi masalah ekonomi
- Perusahaan tambang Inggris umumkan keluar dari Afsel
Jakarta, IDN Times - Presiden Afrika Selatan (Afsel), Cyril Ramaphosa telah menetapkan status darurat ekonomi di negaranya. Langkah ini berkaitan dengan buruknya performa ekonomi Afsel dalam beberapa bulan terakhir.
Negara di Afrika bagian selatan itu terdampak masalah ekonomi besar imbas tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) sebesar 30 persen kepada sejumlah sektor penting. Alhasil, pada kuartal II-2025, angka pengangguran di Afsel meningkat menjadi 33,2 persen.
1. Luncurkan Economic War Room untuk gerak cepat atasi masalah ekonomi
Ramaphosa meluncurkan pembentukan Economic War Room yang berfungsi mengoordinasikan performa pemerintahan. Rencana ini berfungsi meningkatkan progres dalam penciptaan lapangan pekerjaan.
“Kami menganggap ini adalah sebuah situasi darurat karena ini memang darurat. Economic War Room akan memastikan bahwa departemen di pemerintahan memegang akuntabilitas, menunjukkan performanya, dan warga Afsel dapat merasakan dampak dari aksi kami,” ujarnya, dikutip Business Insider Africa.
Pengumuman ini didorong oleh tingginya angka pengangguran, perlambatan ekonomi, dan tantangan lainnya. Meskipun demikian, nilai tukar mata uang rand Afsel terhadap dolar AS masih stabil dan lebih tinggi dibandingkan prediksi.
2. Perusahaan tambang Inggris umumkan keluar dari Afsel

Perusahaan Inggris, Jubilee Metals Group mengungkapkan rencana untuk menjual asetnya di Afsel. Perusahaan itu rencananya akan menjual aset tambang kromium dan platinum kepada perusahaan swasta, One Chrome senilai 90 juta dolar AS (Rp1,4 triliun).
“Bisnis kromium dan platinum kami telah mencapai sebuah level kedewasaan. Kesempatan untuk tumbuh sekarang terbatas dan membutuhkan ekspansi belanja modal yang signifikan. Sebaliknya, tembaga menawarkan potensi pendapatan tinggi dan pasar yang kuat,” ujarnya.
Jubilee menyebut, pasar tembaga yang kuat memberikan selisih dengan kromium yang lebih tinggi. Sementara itu, Zambia menawarkan kesempatan besar untuk berekspansi dan mengembangkan aset produksi tembaga.
3. Pekerja Eskom minta kenaikan gaji 15 persen
Pekerja perusahaan listrik milik negara Afsel, Eskom mendorong kenaikan gaji sebesar 15 persen menyusul dimulainya negosiasi. Namun, Eskom belum mau memberikan detail dari permintaan kenaikan gaji sebelum negosiasi dimulai.
“Kami tetap berkomitmen terlibat dalam dialog konstruktif dengan semua persatuan pekerja lewat forum perundingan resmi,” ungkap Juru Bicara Eskom, Daphne Mokwena, dikutip dari Business Tech.
Sebagai informasi, Eskom tengah berupaya dalam proses pembagian unit generator, transmisi, dan distribusi. Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan profit dan membuka sistem listrik dari produsen swasta.