Kuota BBM Subsidi Menipis, Terancam Jebol Jika Tak Diatur

Jakarta, IDN Times - PT Pertamina (Persero) memperkirakan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) subsidi akan mengalami kelebihan atau over kuota. Hal itu bisa terjadi apabila tidak dilakukan pengaturan.
"Secara proporsional bila tidak ada pengaturan maka akan over kuota," kata Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting kepada IDN Times, Senin (1/8/2022).
1. Rincian BBM subsidi yang sudah disalurkan

Irto menjelaskan bahwa penyaluran BBM subsidi hingga Juni 2022, untuk Pertalite sudah tersalurkan 14,2 juta kiloliter (kl), sementara kuotanya adalah 23 juta kl.
Artinya dalam 6 bulan pertama di 2022, Pertalite yang sudah tersalurkan sudah di atas 50 persen dari total kuota yang disediakan.
Sedangkan Solar subsidi hingga Juni sudah tersalurkan 8,3 juta kl dari kuota yang ditetapkan sebanyak 14,9 juta kl, realisasinya juga sudah di atas 50 persen hingga paruh pertama 2022.
2. Perkiraan kelebihan kuota BBM subsidi hingga akhir 2022

Sebelumnya, Irto menjelaskan berdasarkan prognosa, realisasi konsumsi Pertalite pada tahun ini bisa mencapai sekitar 28 juta kl. Sedangkan tahun ini kuota yang diberikan adalah 23 juta kl.
"Hingga year to date Mei 2022, realisasi Pertalite itu telah melebihi kuota sebesar 23 persen, itu untuk Pertalite," katanya dalam konferensi pers virtual, Kamis (30/6/2022).
Solar subsidi juga demikian, bila tidak dilakukan pengaturan maka ada potensi akan melebihi kuota yang ditetapkan. Pada tahun 2022 ini prognosa untuk solar adalah 17,2 juta kl. Sedangkan kuota yang diberikan sebesar 14,91 juta kl.
"Hingga year to date bulan Mei 2022, realisasi subsidi telah melebihi kuota sebesar 11 persen," ujar Irto.
3. Orang kaya paling banyak konsumsi BBM subsidi

Irto waktu itu juga mengungkapkan bahwa kalangan menengah ke atas alias orang kaya adalah yang paling banyak mengonsumsi BBM subsidi, baik Pertalite maupun Solar subsidi.
"Untuk Pertalite dan Solar subsidi masih banyak dikonsumsi oleh masyarakat golongan menengah ke atas dan pengguna yang tidak berhak alias ini orang-orang yang mampu, hampir 60 persen terkaya menikmati hampir dari 80 persen dari total konsumsi BBM subsidi," ujarnya.
Sedangkan orang miskin dan rentan atau 40 persen masyarakat terbawah hanya menikmati sekitar 20 persen BBM subsidi.