Mendag Buka Suara soal Pemangkasan Tarif Trump Baru untuk Tiga Komoditas

- Pemangkasan tarif baru diberikan untuk tekstil hingga sawit
- Indonesia akan menggelar pertemuan dengan United States Trade Representative (USTR) atau Kantor Perwakilan Dagang AS untuk membahas lebih lanjut mengenai tarif Trump.
Jakarta, IDN Times - Menteri Perdagangan (Mendag), Budi Santoso buka suara soal pemangkasan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) menjadi 19 persen baru diberikan untuk tiga komoditas.
Budi meminta agar semua pihak menunggu pengumuman resmi dari pemerintah. Nantinya, akan ada rincian mengenai pengenaan tarif dari Presiden AS, Donald Trump itu.
"Nanti kan ada, secara resmi kan ada, itu kan baru dari X. Nanti ada secara resmi, lebih rinci," kata Budi usai rapat kerja (raker) dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Rabu (16/7/2025).
1. Bakal ada pertemuan dengan perwakilan dagang AS

Budi mengatakan, pada Kamis (17/7/2025), Indonesia akan menggelar pertemuan dengan United States Trade Representative (USTR) atau Kantor Perwakilan Dagang AS untuk membahas lebih lanjut mengenai tarif Trump.
"Karena setahu saya hari Kamis ini ada pertemuan dengan USTR," kata Budi.
2. Pemangkasan tarif baru diberikan untuk tekstil hingga sawit

Berdasarkan dokumen yang diterima IDN Times, pemangkasan tarif menjadi tarif 19 persen itu baru diberikan untuk tiga komoditas, yakni tekstil, elektronik, dan minyak kelapa sawit (palm oil).
Pada 2024, pangsa impor AS atas ketiga komoditas dari Indonesia itu sebesar 1,5 persen.
Kemudian, dalam dokumen tersebut, dilampirkan Trump mengenakan tarif 40 persen atas komoditas mineral dan tekstil Laos, yang pangsa impornya kurang dari 0,1 persen. Kamboja dikenakan tarif 35 persen atas komoditas garmen, alas kaki, dan produk pertanian yang pangsa impornya 0,8 persen.
Sementara itu, tarif resiprokal yang dikenakan ke Thailand sebesar 36 persen atas komoditas otomobil, karet, dan elektronik yang pangsa impornya 2,3 persen.
Bagi Malaysia, tarif 25 persen dikenakan pada komoditas semikonduktor, elektronik, dan minyak kelapa sawit yang pangsa impornya 2,1 persen.
Untuk Vietnam, Trump mengenakan tarif 20 persen terhadap komoditas elektronik, garmen, dan alas kaki, yang pangsa impornya mencapai 3,4 persen. Namun, tarif 20 persen tidak berlaku pada komoditas yang diekspor ulang dari Vietnam (transhipped goods), karena tarifnya dikenakan sebesar 40 persen.
Lalu, Filipina dikenakan tarif 20 persen terhadap komoditas elektronik, semikonduktor, dan komoditas pertanian, di mana pangsa impornya 1,5 persen.
Singapura dikenakan tarif terkecil, yakni 10 persen atas produk permesinan, farmasi, dan minyak sulingan (refined oil), di mana pangsa impornya 1,8 persen.
3. Negosiasi tarif masih berlangsung

Salah satu komoditas yang akan terdampak tarif Trump adalah alas kaki yang menurut data Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), pangsa ekspornya ke AS mencapai 35 persen.
Dalam dokumen itu, alas kaki belum masuk dalam komoditas yang dikenakan tarif 19 persen. Berdasarkan informasi dari sumber IDN Times, negosiasi mengenai tarif bea masuk alas kaki masih berlangsung.
"Alas kaki komponen produksinya masih dibicarakan," kata sumber tersebut kepada IDN Times.
Hal senada diungkapkan oleh Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), David Leonardo, yang mengatakan negosiasi pemangkasan tarif untuk komoditas lain masih berlangsung.
"Masih," ucap David saat dihubungi IDN Times.
IDN Times sudah mencoba menghubungi Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, untuk mengonfirmasi hal tersebut. Namun, hingga berita ini terbit, Susiwijono belum memberikan tanggapan.