Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Menperin Sebut Industri Busana Muslim RI Peringkat Pertama Dunia

Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)
Intinya sih...
  • Indonesia peringkat ketiga dalam pembangunan ekosistem industri halal
  • RI di peringkat empat dalam makanan halal, namun unggul dalam modest fashion dan farmasi halal
  • Pasar halal dunia terus tumbuh, dengan konsumsi umat Muslim mencapai 2,43 triliun dolar AS pada 2023
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, industri busana muslim atau modest fashion Indonesia menempati peringkat pertama dunia.

"Secara sektoral dalam penilaian ekosistem halal, dari enam sektoral untuk Indonesia, Indonesia menjadi negara paling unggul untuk modest fashion," kata Agus di Jakarta, dikutip dari ANTARA, Senin (20/10/2025).

Agus menyampaikan, sektor busana muslim Indonesia unggul dari Malaysia, Italia, Turki, dan Singapura.

1. Indonesia secara umum berada di peringkat ketiga

Ilustrasi Toko Baju Muslim (unsplash.com/Hannah Morgan)
Ilustrasi Toko Baju Muslim (unsplash.com/Hannah Morgan)

Laporan State of Global Islamic Economy Report (SGIER) 2024-2025 menyatakan, secara umum Indonesia menempati urutan ketiga dalam pembangunan dan pengembangan ekosistem industri halal. Posisi Indonesia di bawah Malaysia, dan Arab Saudi.

Meski peringkat ketiga, Agus mengungkapkan, skor Indonesia naik 19,8 poin, sedangkan Malaysia turun 28,1 poin. Adapun penilaian tersebut berdasarkan komponen finansial, regulasi halal, kesadaran masyarakat, sosial, dan inovasi.

2. Dari sisi makanan halal, RI di peringkat empat

ilustrasi rendang (pixabay.com/WonderfulBali)
ilustrasi rendang (pixabay.com/WonderfulBali)

Sementara itu, dari sisi makanan halal, Indonesia menempati posisi keempat, setelah Malaysia, Singapura, dan Uni Emirat Arab. Sedangkan di sektor farmasi dan kosmetik halal, peringkat Indonesia di bawah Malaysia.

"Modest fashion kita berada di peringkat pertama dengan skor 106,5, farmasi dan kosmetik halal peringkat kedua dengan skor 85,8, dan makanan halal kita masih pada peringkat keempat dengan skor 76,78," ujarnya.

Menurut Agus, banyak hal yang harus dilakukan untuk meningkatkan peringkat Indonesia.

"Masih banyak sekali yang bisa kita lakukan, kita kerja dan kita perbaiki untuk melihat potensi dari ekonomi halal yang begitu besar," ucap Agus.

3. Pasar halal dunia terus tumbuh

ilustrasi ekonomi syariah (Pixabay.com/ignartonosbg)
ilustrasi ekonomi syariah (Pixabay.com/ignartonosbg)

Pasar halal dunia mengalami pertumbuhan signifikan. Konsumsi umat Muslim di enam sektor ekonomi syariah tembus 2,43 triliun dolar AS pada 2023. Angka ini diperkirakan bakal meningkat menjadi 3,36 triliun dolar AS pada 2028.

Sementara potensi pasar halal di dalam negeri juga cukup menjanjikan. Konsumsi rumah tangga Indonesia pada semester II-2025 tercatat Rp3.226,1 triliun, yang didorong jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, mencapai 245,97 juta jiwa.

Kinerja industri halal Indonesia dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan tren positif. Tercatat, 140.944 perusahaan industri halal di Indonesia hingga kini, yang didominasi sektor makanan halal sebanyak 130.111 industri, industri minuman halal 10.383 industri, serta farmasi dan obat sebanyak 1.633 industri.

Selain itu, investasi di sektor terkait industri halal, termasuk keuangan syariah pada periode 2023-2024 mencapai 5,8 miliar dolar AS. Dari jumlah itu, Indonesia menjadi penerima investasi terbesar dengan nilai mencapai 1,6 miliar dolar AS.

Sementara ekspor produk halal Indonesia ke negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) pada 2023 baru mencapai 12,33 miliar dolar AS, sehingga menempatkan Indonesia di peringkat Sembilan. Sedangkan impor Indonesia dari negara-negara OKI pada periode yang sama sebesar 29,64 miliar dolar AS.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us

Latest in Business

See More

5 Alasan Orang Cerdas Masih Bisa Terjebak dalam Investasi Bodong

20 Okt 2025, 23:55 WIBBusiness