Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi outlet Pertashop di Jawa Tengah dan DIY. (dok. Pertamina Patra Niaga JBT)

Jakarta, IDN Times - Pengusaha Pertashop mengungkapkan banyak pemilik Pertashop yang merugi lantaran omzet mereka tak mampu menutupi biaya operasional.

Pengusaha Pertashop mengalami kerugian lantaran harga Pertamax jauh lebih mahal dibandingkan Pertalite. Sedangkan mereka hanya bisa menjual Pertamax.

Dengan adanya disparitas harga yang tinggi, omzet pengusaha Pertashop menurun drastis hingga 90 persen. Alhasil, mereka tidak memperoleh keuntungan setelah omzet digunakan untuk operasional.

"Dari 448 Pertashop itu ada 201 yang rugi. Pertashop yang tutup merasa terancam untuk disita asetnya karena tidak sanggup untuk angsuran bulanannya ke bank," kata Ketua Paguyuban Pengusaha Pertashop Jateng dan DIY Gunadi Broto Sudarmo dalam audiensi dengan Komisi VII DPR RI, Senin (10/7/2023).

1. Banyak pengusaha Pertashop kantongi omzet cuma Rp5,1 juta per bulan

Ilustrasi penyaluran BBM melalui Pertashop. Dok. Pertamina MOR IV

Akibat disparitas harga Pertamax dan Pertalite, berdasarkan data per Desember 2022, ada 47 persen Pertashop yang omzet penjualannya antara 0 sampai 200 liter per hari, yang mana keuntungan per liternya adalah Rp850 untuk Pertashop Gold.

Artinya, dalam sebulan, Pertashop menjual 6 ribu liter BBM dengan keuntungan kotor Rp5,1 juta per bulan.

2. Tak ada sisa keuntungan untuk biaya operasional

Editorial Team

Tonton lebih seru di