Momen Menteri UMKM Salting Ditodong Jadi Host

- Maman ditodong jadi host di malam Apresiasi Jurnalistik Shopee.
- Maman merasa tak seperti dirinya sendiri saat menjadi host.
- Precious One bertahan 21 tahun, semua karyawannya menyandang disabilitas.
Jakarta, IDN Times - Menteri Usaha Mikro Kecil dan Menengah Maman Abdurrahman tidak menyangka bakal ditodong jadi host di malam Apresiasi Jurnalistik Shopee yang bertema 'UMKM Paten', Selasa 24 Juni 2025 lalu. Maman semula menduga dia hanya bakal memberikan kata sambutan saat diminta naik ke atas panggung.
Saat kursi-kursi untuk talkshow dipersiapkan panitia, Maman masih belum sadar bakal ditunjuk jadi host utama. Namun saat pembawa acara menyampaikan bahwa dia akan menjadi host dalam diskusi dengan founder UMKM Precious One, Ratnasari Sutedjo, Maman langsung salah tingkah. "Wah, ini gue di-prank nih," katanya sedikit gelisah.
1. Maman merasa tak seperti dirinya sendiri

Talkshow pun dimulai. Di awal diskusi, pembaca acara masih bertanya ke Maman soal potensi UMKM saat ini yang dijawabnya dengan lancar. "Kalau pertanyaan soal potensi UMKM kita, saya harus bilang luar biasa besar sekali. Tapi kalau pertanyaannya apa yang sudah kita lakukan, tentunya macam-macam pendekatan," kata Maman.
Yang pasti, kata Maman, pekerjaan rumah Utama pemerintah, adalah bisa hadir dalam proses tumbuh kembang UMKM sehingga bisa bersaing secara global.
Usai menjelaskan soal potensi UMKM, pembawa acara mengingatkan kembali Maman untuk mengambil alih diskusi sebagai host Utama. Maman sempat kaget dan berseloroh, "Dalam bayangan gue, gue jadi pakai gue nih. Dalam bayangan gue, gue cuma kasih sambutan. Tapi begini, gue harus menyesuaikan dan beradaptasi. Ini tuh di luar konteks ya, soalnya gue gak kaya jadi diri gue sendiri gue di sini," kata Maman salah tingkah.
2. Precious One bertahan 21 tahun, semua karyawannya menyandang disabilitas

Politikus Partai Golkar itu akhirnya pasrah. Namun dia agak grogi saat memulai pertanyaan pertama. Kertas contekannya hanya dibolak-balik dan akhirnya Maman memilih bertanya di luar pertanyaan yang sudah disiapkan.
Maman lalu menyampaikan pertanyaan pertama ke founder Precious One, Ratnasari Sutedjo, yang hampir semua karyawannya dari penyandang disabilitas, sehingga daya saing produk yang dihasilkan masih diragukan oleh sebagaian besar masyarakat. Ratna pun memastikan produk yang cenderamata yang dihasilkan Precious One sangat bersaing dan itu terbukti dari eksistensi usahanya yang bisa bertahan sampai 21 tahun.
Ratna lalu bercerita bagaimana ia bisa nyemplung ke dunia kriya. Semua berawal saat ia jatuh sakit di tahun 2001, dua bulan lamanya. Selama itu pula ia yang masih menjadi sekretaris di sebuah perusahaan swasta merasa hidup tidak ada gunanya.
Dalam sakitnya Ratna bernazar, jika sembuh ia akan berteman dengan penyandang disabilitas. Waktu itu yang terpikir olehnya, ia yang hanya merasa lemas tapi masih bisa makan dan berjalan saja merasa tidak berguna, bagaimana dengan para penyandang disabilitas?
"Singkat kata saya sembuh, saya lalu belajar bahasa isyarat. Guru saya Bu Baron, pejabat di Kedubes AS. Belajarnya seminggu 1-2 kali sampai akhirnya bisa bahasa isyarat dan percaya diri bisa berkomunikasi dengan teman tuli," kata dia.
Sampai suatu hari Ratna berjumpa dengan salah satu teman tuli yang berkali-kali ditolak saat melamar pekerjaan. Dari situ ia belajar membuat kriya erupa jepit rambut yang dibantu temannya itu. "Saya masih jadi sekretaris, ada satu meja kosong, saya minta izin apakah boleh dipakai teman saya untuk bikin kriya, hasilnya dibeli teman-teman kantor," kata Ratna.
3. Sempat dianggap bikin malu orangtua

Jalannya sebagai pengusaha UMKM saat itu tak selalu mulus. Orangtuanya merasa malu karena ia lebih banyak mengurus teman-teman disabilitasnya. "Semua orangtua enggak ada yang ingin anaknya jadi pekerja sosial. Saya dibilang, 'emang gak ada kerjaan lain, ini akan bikin malu'. Saya enggak sakit hati, saya lakukan ini karena panggilan," kata Ratna.
Titik balik hidupnya adalah sikap orangtuanya yang berubah setelah membaca perjuangan dan jatuh bangunnya mendirikan usaha dengan karyawan penyandang disabilitas yang dimuat di halaman Sosok, Harian Kompas. "Padahal ayah saya baru operasi karatak, tidak boleh baca dengan huruf kecil dan tak boleh nangis, tapi ayah saya maksa baca dan menangis karena bangga," katanya.
Namun bukan berarti kemudian tak ada penghalang. Cobaan lain sikap calon buyer yang terkadang menyepelekan hasil kerja para penyandang disabilitas. Penolakan terjadi berulang kali. "Jadi bisa sampai hari ini tentu tidak mudah," katanya.
Maman yang mendegarkan kisah Ratna memberikan apresisasi. "Saat melakukan sesuatu dengan hati, tentu beda, terbukti Precious One masih bertahan sampai sekarang. Ini contoh usaha yang berangkat dari hati," kata Maman.