Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Nestlé dan Kompetitor Turunkan Harga demi Konsumen AS yang Cemas 

Ilustrasi menurunkan harga (freepik.com/skyclick)
Intinya sih...
  • Nestlé dan perusahaan konsumen AS mengumumkan strategi menahan kenaikan harga produk untuk mempertahankan pangsa pasar di tengah ketidakpastian ekonomi akibat perang dagang global.
  • Perusahaan menghadapi persaingan dari merek swasta yang menawarkan harga lebih rendah, karena konsumen Amerika berpindah ke produk alternatif untuk menghemat pengeluaran rumah tangga.
  • Konsumen bersiap menghadapi kenaikan harga akibat tarif dengan mencari cara untuk tetap hemat, sementara Nestlé terus berinovasi dan meningkatkan efisiensi untuk menjaga daya saing.

Jakarta, IDN Times - Nestlé dan sejumlah perusahaan barang konsumen ternama di Amerika Serikat (AS) mengumumkan strategi untuk menahan kenaikan harga produk mereka, pada Kamis (24/4/2025). Langkah ini diambil untuk mempertahankan pangsa pasar di tengah kekhawatiran konsumen Amerika terhadap ketidakpastian ekonomi akibat perang dagang global.

Keputusan ini merespons meningkatnya preferensi konsumen terhadap merek swasta yang lebih murah, terutama setelah Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif impor baru terhadap beberapa negara, yang memicu prediksi resesi ekonomi.

1. Tekanan persaingan dari merek swasta

Perusahaan seperti Nestlé dan Unilever menghadapi tantangan besar dari merek swasta yang menawarkan harga lebih rendah di supermarket. Konsumen Amerika, yang kini lebih berhati-hati dalam membelanjakan uang mereka, mulai beralih ke produk alternatif untuk menghemat pengeluaran rumah tangga, terutama di tengah ancaman kenaikan biaya akibat tarif baru.

“Persaingan dari merek swasta sangat ketat. Konsumen kini memikirkan ulang pilihan mereka untuk mendapatkan nilai terbaik,” kata Tom Lemaigre, manajer portofolio di Janus Henderson, dikutip dari ESM Magazine.

Nestlé, yang memiliki merek seperti Nescafé dan KitKat, berupaya menjaga loyalitas pelanggan dengan menahan kenaikan harga.

2. Dampak tarif dan perubahan perilaku konsumen

Tarif yang diberlakukan AS terhadap sejumlah negara telah memicu kekhawatiran akan kenaikan harga komoditas dan utilitas dasar. Survei McKinsey menunjukkan bahwa 60 persen konsumen Amerika berencana mengubah kebiasaan belanja mereka dengan beralih ke produk yang lebih murah, berbelanja di klub grosir, atau memilih belanja daring untuk mengatasi kenaikan biaya.

“Konsumen bersiap menghadapi kenaikan harga akibat tarif, dan mereka mencari cara untuk tetap hemat,” ujar Patricio Ibáñez, partner di McKinsey, dilansir dari Reuters.

Nestlé sendiri menyatakan bahwa lebih dari 95 persen penjualan mereka di AS diproduksi secara lokal, sehingga dampak langsung tarif relatif terbatas, tetapi efek tidak langsung masih sulit diprediksi.

3. Strategi nestle di tengah ketidakpastian

Meskipun menghadapi tekanan, Nestlé melaporkan pertumbuhan penjualan organik sebesar 2,8 persen pada kuartal pertama 2025, melebihi ekspektasi, meskipun tetap berhati-hati terhadap dampak tarif. Perusahaan terus berinovasi dan meningkatkan efisiensi untuk menjaga daya saing, sambil berupaya mempertahankan harga yang terjangkau bagi konsumen.

“Kami harus bergerak cepat untuk beradaptasi dengan perubahan pasar dan memastikan produk kami tetap menjadi pilihan utama,” kata seorang juru bicara Nestlé, dikutip dari ESM Magazine.

Langkah ini mencerminkan upaya Nestlé untuk menyeimbangkan profitabilitas dengan kebutuhan konsumen di tengah dinamika ekonomi yang menantang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us