OJK: Kredit Perbankan Mei 2025 Melambat 8,43 Persen Jadi Rp7.997 T

- Kredit investasi tumbuh paling tinggi, mencapai 13,74 persen (yoy), diikuti kredit konsumsi sebesar 8,82 persen dan kredit modal kerja 4,94 persen.
- Likuiditas perbankan tetap memadai dengan Rasio Alat Likuid terhadap Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masing-masing tercatat sebesar 110,33 persen dan 24,98 persen.
Jakarta, IDN Times- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pada Mei 2025 kredit perbankan tumbuh sebesar 8,43 persen year on year (yoy) atau menjadi Rp7.997 triliun. Angka ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 8,88 persen.
“Kinerja intermediasi perbankan stabil dengan profil risiko yang tetap terjaga. Pada Mei 2025 pertumbuhan kredit tumbuh sebesar 8,43 persen yoy,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae, dalam Konferensi Pers, Selasa (8/7/2025).
Berdasarkan data OJK, melambatnya pertumbuhan kredit perbankan terjadi sejak Maret 2025. Pada Februari, pertumbuhan kredit masih berada di level dua digit, yaitu sebesar 10,3 persen. Namun pada Maret, pertumbuhannya melambat menjadi 9,16 persen. Kemudian kredit perbankan juga tumbuh melambat pada April 2025, yaitu sebesar 8,88 persen.
1. Kredit investasi tumbuh paling tinggi

Berdasarkan jenis penggunaannya, kata Dian, kredit investasi mencatat pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 13,74 persen (yoy). Disusul oleh kredit konsumsi yang tumbuh 8,82 persen dan kredit modal kerja sebesar 4,94 persen. Sementara itu, ditinjau dari sisi kepemilikan, kantor cabang bank di luar negeri mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 11,61 persen (yoy).
Selanjutnya, berdasarkan kategori debitur, kredit korporasi tumbuh 11,92 persen. Sementara kredit UMKM mencatat pertumbuhan sebesar 2,17 persen, di tengah upaya perbankan untuk memulihkan kualitas kredit sektor tersebut. Sejalan dengan pertumbuhan kredit, Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Mei 2025 tercatat tumbuh 4,29 persen (yoy) menjadi Rp9.072 triliun.
“Komponen DPK seperti giro, tabungan, dan deposito masing-masing tumbuh sebesar 5,57 persen, 5,39 persen, dan 2,31 persen (yoy),” ujat Dian.
2. Likuiditas perbankan tetap memadai

Di sisi lain, likuiditas industri perbankan pada Mei 2025 tetap memadai dengan Rasio Alat Likuid terhadap Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masing-masing tercatat sebesar 110,33 persen dan 24,98 persen.
“Keduanya masih jauh di atas threshold minimum, yakni 50 persen untuk AL/NCD dan 10 persen untuk AL/DPK. Sementara Liquidity Coverage Ratio (LCR) berada di level 192,41 persen,” jelas Dian.
3. Laju LAR berada di bawah pandemik

Lebih lanjut, kualitas kredit tetap terjaga, dengan rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) gross sebesar 2,29 persen dan NPL net sebesar 0,85 persen. Adapun rasio loan at risk (LAR) tercatat relatif stabil di angka 9,93 persen.
“Meskipun sedikit meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, rasio LAR masih stabil dan berada di bawah level sebelum pandemi,” ucap Dian.
Adapun ketahanan perbankan Indonesia pada Mei 2025 tetap kuat. Hal ini tercermin dari tingginya rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio / CAR) perbankan yang mencapai 25,51 persen.. ni menjadi bantalan yang kuat dalam upaya mitigasi risiko, terutama di tengah kondisi ketidakpastian global saat ini.