Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

OPEC+ Pertimbangkan Lonjakan Produksi Minyak Lebih Besar di Agustus

Ilustrasi minyak bumi (freepik.com/freepik)
Ilustrasi minyak bumi (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Keputusan untuk pasar global Sumber dari OPEC+ mengungkapkan bahwa kenaikan produksi untuk Agustus bisa melebihi 411 ribu barel per hari, jumlah yang telah diterapkan sejak Mei hingga Juli. Langkah ini bertujuan untuk memenuhi permintaan global.
  • Dampak pada harga minyak Harga minyak Brent turun sekitar 12 persen dalam sepekan, mencatat penurunan terbesar sejak Maret 2023, setelah laporan rencana kenaikan produksi OPEC+. Penurunan ini dipicu oleh ekspektasi pasokan yang lebih besar di pasar.
  • Tantangan kepatuhan kuota Laporan menunjukkan bahwa beberapa anggota OPEC+, seperti Kazakhstan, telah

Jakarta, IDN Times - OPEC+, aliansi negara penghasil minyak terbesar di dunia, berencana membahas peningkatan produksi minyak yang lebih besar dari perkiraan pada Sabtu (5/7/2025), melalui rapat virtual. Keputusan ini menandai langkah strategis untuk merebut kembali pangsa pasar global.

Arab Saudi, sebagai pemimpin OPEC+, mendorong kenaikan produksi sebesar 411 ribu barel per hari selama tiga bulan terakhir. Kini, kelompok ini mempertimbangkan peningkatan yang lebih signifikan untuk Agustus, menurut pernyataan delegasi OPEC+.

1. Keputusan untuk pasar global

Sumber dari OPEC+ mengungkapkan bahwa kenaikan produksi untuk Agustus bisa melebihi 411 ribu barel per hari, jumlah yang telah diterapkan sejak Mei hingga Juli. Langkah ini bertujuan untuk memenuhi permintaan global yang diprediksi meningkat, terutama pada musim panas.
“Saat ini, kami melihat peluang untuk mempercepat pemulihan produksi guna menjaga stabilitas pasar,” kata seorang delegasi OPEC+.

Delapan negara anggota inti OPEC+, termasuk Arab Saudi, Rusia, dan Uni Emirat Arab, akan menggelar rapat daring untuk menetapkan kebijakan produksi Agustus. Fokus utama adalah mengevaluasi dampak kenaikan produksi terhadap harga minyak dunia.
“Kami harus memastikan keseimbangan antara pasokan dan permintaan,” ujar seorang pejabat dari Kementerian Energi Arab Saudi, melansir Bloomberg.

2. Dampak pada harga minyak

Harga minyak Brent turun sekitar 12 persen dalam sepekan, mencatat penurunan terbesar sejak Maret 2023, setelah laporan rencana kenaikan produksi OPEC+. Penurunan ini dipicu oleh ekspektasi pasokan yang lebih besar di pasar.

“Peningkatan produksi ini bisa menekan harga lebih lanjut kecuali permintaan meningkat signifikan,” kata Phil Flynn, analis senior dari Price Futures Group.

Pada Senin (30/6/2025), harga minyak stabil di kisaran 65-68 dolar Amerika Serikat (AS) (Rp1 juta-Rp1,1 juta) per barel, meskipun tekanan dari rencana produksi OPEC+ masih terasa. Analis memperingatkan bahwa harga bisa turun ke 60 dolar AS (Rp971,1 ribu) pada awal 2026 jika kenaikan produksi terus berlanjut tanpa dukungan permintaan yang kuat.

“Kami melihat risiko oversupply jika OPEC+ tidak berhati-hati,” ungkap Giovanni Staunovo, analis UBS, dilansir Reuters.

3. Tantangan kepatuhan kuota

Laporan menunjukkan bahwa beberapa anggota OPEC+, seperti Kazakhstan, telah melampaui kuota produksi mereka, memicu ketegangan dalam kelompok. Kazakhstan mencatat produksi minyak mentah sebesar 1,79 juta barel per hari pada Juni, naik 13 persen dari tahun sebelumnya.

“Ketidakpatuhan ini melemahkan upaya kolektif kami,” kata seorang sumber OPEC+.

OPEC+ menegaskan bahwa kepatuhan terhadap kuota akan menjadi agenda utama rapat. Arab Saudi dikabarkan ingin menghukum negara-negara yang melanggar kuota dengan mempercepat kenaikan produksi untuk menekan harga, sehingga memaksa kepatuhan.

“Strategi ini adalah peringatan bagi anggota yang tidak disiplin,” ujar seorang analis dari Barclays.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us