Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pelabuhan Los Angeles Pecahkan Rekor Kargo Jelang Tenggat Tarif Trump

ilustrasi pelabuhan (pexels.com/Tom Fisk)
ilustrasi pelabuhan (pexels.com/Tom Fisk)
Intinya sih...
  • Pelabuhan Los Angeles mencatat lalu lintas kontainer terbaik dalam sejarahnya pada Juni, dengan total 892.340 unit setara dua puluh kaki (TEUs).
  • Tarif balasan dan kapal tambahan picu fluktuasi pengiriman, dengan penurunan impor terlihat sejak April dan pelonggaran beberapa tarif memicu pemulihan.

Jakarta, IDN Times – Pelabuhan Los Angeles (LA) mencatat lalu lintas kontainer terbaik dalam sejarahnya pada Juni, dengan total 892.340 unit setara dua puluh kaki (TEUs). Lonjakan ini disebabkan oleh perusahaan yang mempercepat impor sebelum tenggat tarif baru dari China, menyusul kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang memangkas tarif dari 145 persen menjadi 45 persen.

Angka tersebut menunjukkan kenaikan 8 persen dibanding Juni tahun lalu. Setelah awal Juni yang lambat, volume kargo melonjak 32 persen dibanding Mei.

Direktur Eksekutif Pelabuhan Los Angeles, Gene Seroka, mengatakan lonjakan ini akibat ketidakpastian kebijakan.

“Garis waktu yang bergeser berarti volume yang bergeser dan lebih banyak ketidakpastian di Pelabuhan LA,” katanya dikutip dari CNBC International, Selasa (15/7/2025).

1. Tarif balasan dan kapal tambahan picu fluktuasi pengiriman

ilustrasi impor barang (pexels.com/Chanaka)
ilustrasi impor barang (pexels.com/Chanaka)

Dilansir dari CNN Internasional, penurunan impor terlihat sejak April akibat tarif dasar pada hampir semua negara, yang kemudian berlanjut sampai pertengahan Juni. Namun, pelonggaran beberapa tarif memicu pemulihan, ditambah kehadiran lima kapal tambahan yang tidak dijadwalkan. Semua faktor ini membantu mengangkat volume kargo pada bulan Juni.

Seroka memprediksi akan ada lonjakan kedua pada Juli karena bisnis di AS berusaha mengejar sebelum tenggat tarif balasan 1 Agustus. Ia menyebut akan ada tambahan tujuh kapal di luar volume normal yang membawa kargo sebelum batas waktu tersebut. Namun, Seroka juga memperingatkan, Agustus kemungkinan akan mengalami penurunan karena pengecer enggan berspekulasi di musim liburan.

Data pelacak menunjukkan volume tahun ini masih 5 persen lebih tinggi dari periode yang sama pada 2024. Laporan Federasi Ritel Nasional (NRF) memperkirakan impor secara nasional akan meningkat pada Juli, lalu turun signifikan hingga akhir tahun.

2. Trump tetapkan tenggat tarif baru dan ancam puluhan negara

ilustrasi tarif (pexels.com/Markus Winkler)

Trump menggeser tenggat tarif timbal balik menjadi 1 Agustus dan mengancam kenaikan terhadap berbagai negara. Barang dari Uni Eropa dan Meksiko akan dikenai tarif 30 persen, dari Kanada 35 persen, Jepang 24 persen, Malaysia 32 persen, dan Brasil 50 persen. Langkah ini menjadi bagian dari kebijakan tarif besar-besaran yang menyasar mitra dagang utama.

Sementara itu, AS dan China telah menyepakati kerangka perjanjian yang menetapkan tarif 30 persen untuk barang tertentu sebelum 12 Agustus. Akibat percepatan pengiriman sebelum tarif diberlakukan, surplus perdagangan China mencapai 114,7 miliar dolar AS bulan lalu.

3. Pengusaha dan konsumen terbebani lonjakan tarif ekspor-impor

ilustrasi kapal ekspor barang (pexels.com/Martin Damboldt)
ilustrasi kapal ekspor barang (pexels.com/Martin Damboldt)

Laporan pelacak NRF menyebutkan bahwa tarif baru akan menaikkan harga bagi konsumen AS dan mempengaruhi ketersediaan barang di rak. John Zolidis, analis dari Quo Vadis Capital, Inc., memprediksi harga barang akan naik dalam tiga hingga enam minggu, terutama pada kebutuhan sekolah seperti ransel.

Presiden Yedi Houseware, Bobby Djavaheri, mengatakan tarif dari China dan baja tahan karat membuat biaya muatan melonjak hingga 40–50 ribu dolar AS, dari sebelumnya hanya 1.500–2.000 dolar AS. Mike Short dari C.H. Robinson mencatat bahwa sebagian pengirim kini fokus hanya pada produk esensial, sementara lainnya mempercepat pengiriman dari Asia Tenggara atau bertahan pada pola musim puncak.

Pendiri Bogg, Kim Vaccarella, mulai mengalihkan manufaktur ke Vietnam, namun komponen utama masih bergantung pada China. Ia mengatakan, semua masih belum pasti karena ketidakpastian yang terus berlangsung, dan belum bisa menetapkan harga produk karena kebijakan tarif yang terus berubah.

Josh Allen dari ITS Logistics menyebut industri logistik kini menyesuaikan jalur distribusi dari pabrik ke pasar. Meski Juni mencatat rekor, menurutnya tren pelemahan perdagangan justru membantu adaptasi karena permintaan pasar tidak terlalu tinggi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us