Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
DO NOT USE

Intinya sih...

  • Pengangguran siklis adalah jenis pengangguran akibat perubahan siklus ekonomi negara, terutama saat resesi atau kontraksi ekonomi.
  • Penyebabnya adalah penurunan daya beli masyarakat dan perusahaan akibat inflasi, yang mengakibatkan pemotongan biaya dan PHK karyawan.

Pengangguran siklis adalah salah satu jenis pengangguran dalam ilmu ekonomi selain pengangguran struktural, friksional, musiman, hingga pengangguran terselubung. Pengangguran siklis memiliki ciri dan karakter tersendiri karena berkaitan erat dengan kondisi perekonomian suatu negara.

Bahkan, jumlah pengangguran siklis di Indonesia belum lama ini terpantau meningkat tajam. Apa penyebabnya? Seperti apa contoh dan bagaimana cara mengatasi pengangguran siklis? Cari tahu penjelasannya di bawah ini yuk!

1. Pengertian pengangguran siklis

ilustrasi seseorang yang butuh pekerjaan (freepik.com/freepik)

Pengangguran siklis adalah jenis pengangguran yang muncul karena terjadi perubahan siklus ekonomi suatu negara. Pengangguran siklis atau disebut juga pengangguran konjungtur ini umumnya disebabkan oleh kondisi perekonomian negara yang sedang turun, resesi atau kontraktif.

Mungkin istilah resesi ekonomi sudah tidak asing didengar. Resesi ekonomi adalah kondisi ketika jumlah permintaan terhadap produk suatu perusahaan cenderung menurun, sehingga pendapatan ikut menurun.

Solusinya, perusahaan akan memotong faktor biaya seperti gaji dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan untuk mengontrol resesi. Nah, karyawan yang terkena PHK inilah yang disebut pengangguran siklis.

Sebenarnya naik dan turunnya perekonomian negara itu sangat wajar. Namun, jika penurunannya dibiarkan terus menerus tanpa ada upaya dari pemerintah, maka bisa menyebabkan resesi dan berujung pada depresi ekonomi.

2. Penyebab pengangguran siklis

Ilustrasi pencari kerja (ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas)

Penyebab pengangguran siklis utamanya adalah karena penurunan daya beli masyarakat dan perusahaan. Penurunan daya beli tersebut disebabkan oleh tingkat inflasi yang meningkat pada suatu negara.

Akibatnya, banyak masyarakat yang terpaksa menekan jumlah belanja dan hanya membeli kebutuhan yang penting-penting saja. Hal itu berakibat pada jumlah permintaan barang kepada perusahaan pun akan menurun.

Dengan begitu, pendapatan perusahaan pun ikut menurun. Di satu sisi, kenaikan harga barang akibat inflasi bisa membuat para karyawan akan meminta kenaikan gaji.

Pada kondisi seperti itu, biasanya perusahaan akan melakukan beberapa cara, seperti memotong jumlah produksi atau mengurangi jumlah tenaga kerja. Alhasil, banyak karyawan yang terpaksa di-PHK oleh perusahaan.

Namun, perusahaan biasanya akan menunggu dan melihat kondisi ekonomi makro dulu sebelum memutuskan untuk melakukan PHK karyawan. Tujuannya agar perusahaan bisa memperkirakan apakah resesi yang terjadi akan sangat parah atau tidak.

3. Contoh pengangguran siklis

Ilustrasi tenaga kerja terdampak wabah COVID-19. (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)

Dalam memahami pengangguran siklis, belum afdol kalau belum mengetahui contoh dari pengangguran ini. Ada dua kondisi yang bisa dijadikan contoh, yaitu:

1. Amerika Serikat

Pengangguran siklis di Amerika Serikat pernah meningkat jumlahnya saat negara adidaya tersebut mengalami krisis pada 1929. Saat itu, tingkat pengangguran naik dari 3,2 persen pada 1929 menjadi 8,7 persen pada 1930. Bahkan, pada 1933 tingkat pengangguran di Amerika Serikat menjadi 24,9 persen.

Amerika Serikat kembali mengalami lonjakan pengangguran pada 2008-2009 dan 2020. Penyebabnya karena krisis finansial dan resesi karena pandemik COVID-19 pada 2020 yang juga melanda seluruh dunia.

Saat krisis finansial, pengangguran di AS meningkat dari 5 persen menjadi 9,9 persen pada 2009. Sedangkan saat pandemik, pengangguran naik dari 3,6 persen menjadi 14,7 persen pada April 2020.

2. Indonesia

Lonjakan jumlah pengangguran siklis di Indonesia setidaknya terjadi sebanyak dua kali. Pertama, pada krisis moneter tahun 1998. Tingkat pengangguran saat itu meningkat dari 4,69 persen pada 1997 menjadi 6,36 persen pada 1999.

Sedangkan lonjakan pengangguran kembali terjadi saat COVID-19 melanda Indonesia. Angka pengangguran meningkat dari 5,23 persen pada Agustus 2019 menjadi 7,07 persen pada Agustus 2020.

Kondisi resesi ekonomi ini dinilai beberapa pihak masih terjadi di Indonesia pada tahun 2023. Dibuktikan dengan sejumlah perusahaan yang melakukan PHK terhadap banyak karyawannya, mulai dari GoTo, Ruangguru, Shopee, JD.ID, hingga SiCepat.

4. Cara mengatasi pengangguran siklis

ilustrasi kebijakan fiskal (Pexels/Sora Shimazaki)

Cara mengatasi pengangguran siklis bisa dilakukan oleh pemerintah dengan menerapkan beberapa langkah kebijakan. Pertama, pemerintah dapat menerapkan kebijakan ekonomi ekspansif dengan menurunkan suku bunga acuan dan meringankan pembayaran kredit. Tujuannya agar perusahaan bisa mendapatkan cash flow tambahan.

Kedua, jika kebijakan moneter itu tidak cukup, maka pemerintah bisa memberlakukan kebijakan fiskal ekspansif. Mulai dari memberi bantuan langsung tunai, memperbanyak program kerja padat karya, hingga diskon pajak.

Namun, kebijakan fiskal akan lebih lambat diterapkan. Sebab pemerintah harus mengajukan RAPBN kepada DPR terlebih dulu.

Demikianlah pengertian pengangguran siklis, penyebab, contoh, dan cara mengatasinya. Bagaimana pun, tidak ada yang mau terkena gelombang PHK karyawan dan terpaksa menjadi pengangguran siklis. Oleh sebab itu, kita perlu berharap kepada pemerintah agar bisa mengatasi resesi ekonomi, khususnya di Indonesia.

Editorial Team