Pengusaha Prediksi Pelemahan Rupiah Masih Tinggi hingga Akhir Tahun

Jakarta, IDN Times - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Shinta Kamdani mengungkapkan pelemahan rupiah berpotensi masih akan sangat tinggi hingga akhir tahun. Kondisi ini didominasi oleh faktor eksternal.
"Pelemahan rupiah masih sangat tinggi, khususnya bila The Fed menaikkan suku bunga acuannya untuk mengendalikan inflasi AS,"jelasnya Jumat (27/10/2023).
1. Konflik timur tengah perparah pelemahan nilai tukar

Tekanan eksternal yang tinggi juga berasal dari konflik di Timur Tengah yang meluas atau semakin mempengaruhi harga dan suplai minyak dan gas di pasar global. Kedua faktor tersebut telah mendorong penguatan dolar.
Alhasil terjadi pelemahan mata uang tidak hanya terjadi pada rupiah, melainkan juga mata uang negara lainnya. "(Seberapa besar) pelemahan mata uang tergantung pada ketahanan atau fundamental ekonomi masing-masing," jelasnya.
Dengan kondisi ini, Shinta pun memahami langkah Bank Indonesia yang memutuskan mengerek suku bunva acuan sebesar 25 bps menjadi 6 persen pada Rapat Dewan Gubernur lalu.
"Kam memahami dan mendukung langkah antisipatif BI dengan meningkatkan suku bunga acuan karena risiko pelemahannya semakin besar. Semoga saja dengan langkah kebijakan ini, pelemahan nilai tukar bisa diminimalisir, bahkan rupiah bisa menguat," tegasnnya.
2. Rupiah di level Rp15,947 per dolar AS

Berdasarkan data Bloomberg hingga pukum 12.36 WIB, rupiah makin tak berdaya terhadap dolar AS. Rupiah melemah hingga Rp15.947,5 per dolar AS.
Pelemahan ini lebih dalam dibandingkan tadi pagi di level Rp15.918 per dolar AS.
3. Rupiah masih akan melemah seharian

Pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra mengatakan peluang pelemahan rupiah terhadap dolar AS masih terbuka hari ini.
"Pelemahan rupiah disebabkan data PDB AS kuartal III yang dirilis sebesar 4,9 persen (yoy) atau jauh lebih baik dibandingkan kuartal II sebesar 2,1 persen (yoy). Data ini menunjukkan ekonomi AS masih solid sehingga masih memungkinkan untuk Bank Sentral AS menaikan suku bunga acuannya untuk meredam inflasi ke target 2 persen," katanya kepada IDN Times, Jumat (27/10/2023).
Faktor lainnya berkaitan dengan ketegangan geopolitik di Timur Tengah juga masih memicu sentimen di pasar keuangan. Alhasil, hal itu membebani rupiah sebagai aset berisiko.
"Dengan demikian, hari ini rupiah mungkin bisa melemah lagi ke arah Rp15.950 per dolar AS dengan potensi support di sekitar Rp15.880 per dolar AS hingga Rp15.900 per dolar AS," ujarnya.