Rupiah Tembus Rp15.902 per Dolar AS, Siapa yang Diuntungkan?

Jakarta, IDN Times - Pergerakan nilai tukar rupiah terus mengalami pelemahan dalam beberapa waktu terakhir. Pada pembukaan perdagangan, Kamis (26/10/2023), rupiah bahkan berada di level Rp15.902 per dolar Amerika Serikat (AS).
Kondisi ini pun membuat rupiah spot melemah 0,2 persen dibanding penutupan hari sebelumnya di Rp15.870 per dolar AS.
Lantas, siapa yang paling diuntungkan dari pelemahan rupiah ini?
Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara, mengungkapkan, ada pihak yang merasakan manfaat dari pelemahan rupiah terhadap dolar AS, salah satunya para eksportir.
Lantaran eksportir merupakan penjual barang-barang ekspor yang transaksinya dalam mata uang asing atau dolar. Alhasil pendapatan yang diperolehnya dapat dikonversikan dengan kondisi rupiah saat ini.
"Rupiah lebih lemah maka eksportir terima rupiah lebih banyak," kata Suahasil saat konferensi pers APBN di kantornya, Jakarta, dikutip Kamis.
1. Eksportir makin diuntungkan jika bahan bakunya dari dalam negeri

Keuntungan itu makin besar, kata dia, apabila eksportir tersebut merupakan penjual barang-barang yang diproduksi di dalam negeri. Termasuk barang modal maupun bahan bakunya juga berasal dari domestik.
"Barang yang diproduksi dalam negeri dan produksi domestik, input dari domestik ini akan menjadi penerimaan yang baik bagi para eksportir kita," ucap Suahasil.
2. Penguatan dolar kerek imbal hasil AS naik

Pengamat Pasar Keuangan, Ariston Tjendra, mengatakan, indeks dolar AS mengalami penguatan dipicu imbal hasil obligasi pemerintah AS yang juga mengalami kenaikan, yaitu yield tenor 10 tahun sudah kembali mendekati 5 persen setelah sempat turun ke kisaran 4,8 persen.
Data ekonomi AS yang dirilis Rabu (25/10/2023) malam mengenai penjualan rumah baru periode September, mengalami kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan tersebut menjadi 759 ribu dari 676 ribu.
"Kenaikan ini menunjukkan bahwa ekonomi AS masih solid dan mampu menerima beban suku bunga tinggi," ujar Ariston.
Selain itu, ada faktor konflik yang terjadi antara Israel dan Hamas juga masih menjadi kekhawatiran pelaku pasar sehingga investor masih berlindung di aset aman atau safe haven.
"Konflik Israel-Hamas juga masih menjadi kekhawatiran pelaku pasar yang mendorong pelaku pasar tetap mempertahankan aset amannya," ujar Ariston.
3. Dunia usaha mulai terdampak pelemahan rupiah

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Widjaja Kamdani, mengatakan, pelemahan rupiah yang telah terjadi dalam kurun waktu 3 bulan terakhir sudah sangat mengganggu pelaku usaha.
"Dunia usaha terganggu dalam bentuk penggelembungan overhead cost usaha sehingga pertumbuhan produktivitas, kinerja usaha dan daya saing ekspor menurun," jelasnya.
Tak hanya itu, beberapa pelaku usaha juga terpaksa menaikkan harga jual di pasar karena terjadi kenaikan overhead cost. Ini disebabkan oleh efek pelemahan nilai tukar terhadap beban impor bahan baku atau penolong dan barang modal.
"Karena itu sangat penting bagi kami agar pelemahan nilai tukar bisa segera dihentikan atau rupiah bisa kembali menguat dalam waktu dekat secara sustainable, meskipun harus dilakukan dengan cara menaikkan suku bunga acuan," ucapnya.