Pertamina Tutup Dua Unit Usaha di London dan Singapura

- TRB London, anak perusahaan asuransi, dilikuidasi bulan Februari 2025.
- Pertamina Energy Services Private Limited di Singapura juga telah dituntaskan likuidasinya bulan Juli 2025.
- Presiden Prabowo Subianto ingin memangkas jumlah BUMN menjadi 200-240 perusahaan.
Jakarta, IDN Times - PT Pertamina (Persero) telah merampungkan likuidasi dua entitas perusahaan. Likuidasi dilakukan sebagai upaya perampingan korporasi karena kedua anak usaha itu dinilai tidak lagi memiliki kontribusi strategis bagi Pertamina.
Hal itu disampaikan Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis Pertamina, Agung Wicaksono dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI.
"Di tahun 2025 ini telah selesai, telah tuntas dilakukan likuidasi dua entitas perusahaan yang tidak lagi memiliki kontribusi strategis sebagai langkah perampingan," kata dia Rabu (19/11/2025).
1. Anak perusahaan asuransi di London

Agung menjelaskan, entitas pertama yang dilikuidasi adalah TRB London. Anak perusahaan yang bergerak di bidang asuransi tersebut telah tuntas dilikuidasi pada Februari 2025.
"Pertama adalah TRB London, anak perusahaan yang menjadi bagian dari asuransi di bulan Februari lalu," ujarnya.
2. Eks anak usaha petral di Singapura

Selanjutnya, entitas kedua yang dilikuidasi adalah Pertamina Energy Services Private Limited. Perusahaan yang berlokasi di Singapura itu dahulunya merupakan anak perusahaan dari Petral.
"Pertamina Energy Services Private Limited yang berbasis di Singapura dan merupakan dulunya anak perusahaan dari Petral yang sudah dituntaskan likuidasinya di bulan Juli 2025 lalu sebagai bagian dari tahapan transformasi dan reformasi tata kelola yang berkelanjutan," tambahnya.
3. Prabowo mau pangkas BUMN jadi 200

Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan rencana besar memangkas jumlah badan usaha milik negara (BUMN). Saat ini, terdapat lebih 1.000 BUMN.
Prabowo telah memberikan arahan kepada Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) untuk melakukan rasionalisasi agar jumlah BUMN berada di kisaran 200 hingga 240 perusahaan.
"Jadi saya telah memberikan arahan kepada Ketua Denantara untuk merasionalisasi semuanya, mengurangi dari 1.000 perusahaan milik negara menjadi angka yang lebih rasional, mungkin 200 atau 230, 240," katanya dalam Dialog "A Meeting of Minds" pada Forbes Global CEO Conference 2025 pada Rabu (15/10/2025).
















