Polemik RUU TNI Dinilai Jadi Sentimen Buruk yang Bikin IHSG Anjlok

Jakarta, IDN Times - Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira Adhinegara menilai anjloknya indeks harga saham gabungan (IHSG) tidak lepas dari sentimen negatif akibat polemik revisi Undang-Undang Tentara Nasional Indonesia (UU TNI). IHSG anjlok lebih dari 5 persen dalam perdagangan hari ini sehingga berujung penghentian sementara perdagangan (trading halt).
"Untuk sentimen hari ini tidak terlepas dari polemik revisi UU TNI berakibat sentimen negatif juga di market. Ada risiko TNI masuk jabatan sipil menurunkan daya saing ekonomi Indonesia, memperbesar konflik kepentingan dan celah korupsi," kata dia kepada IDN Times, Selasa (18/3/2025).
Bukan hanya RUU TNI, Bhima mengidentifikasi beberapa faktor domestik yang memicu sentimen negatif investor, antara lain memburuknya kinerja fiskal pemerintah dan dan skeptisisme terhadap tata kelola Danantara.
Selain itu, penurunan daya beli masyarakat juga menjadi perhatian, tercermin dari penurunan impor barang konsumsi menjelang Ramadan sebesar 21,05 persen.
"Situasi pasar modal Indonesia sudah cukup lampu kuning. IHSG terlemah se Asia. Ini anomali disaat sebagian besar indeks saham Asia hijau," ujarnya.
Meskipun kebijakan proteksionisme yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump memengaruhi pasar saham di negara-negara berkembang, faktor domestik Indonesia memiliki dampak yang lebih signifikan terhadap kondisi pasar saham nasional.
Bhima mengingatkan jika situasi pasar memburuk hingga terjadi trading halt, investor asing kemungkinan akan terus melakukan aksi jual (sell-off). Dia juga menambahkan, belum dapat dipastikan apakah pasar modal akan mengalami pemulihan (rebound) setelah libur Lebaran, mengingat ketidakpastian yang masih menyelimuti perekonomian domestik.
"Batalkan revisi UU TNI itu bisa redakan pasar sementara," tambah Bhima.