Trump: Tak Ada Niat Pecat Ketua The Fed

- Trump pastikan tidak akan memecat Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, meski sering dikritik.
- Trump kembali menekan Powell untuk menurunkan suku bunga yang dianggap terlalu tinggi dan menghambat pertumbuhan.
- Spekulasi tentang kemungkinan pencopotan Powell oleh Trump menimbulkan kepanikan pasar dan memicu reaksi negatif antara Gedung Putih dan The Fed.
Jakarta, IDN Times – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan tidak akan memecat Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell. Pernyataan itu disampaikan di Gedung Putih pada Selasa (22/4/2025), saat Trump menjawab pertanyaan tentang kemungkinan pencopotan Powell.
“Saya tidak punya niat untuk memecatnya,” kata Trump di hadapan wartawan, dikutip dari The Guardian, Rabu (23/4/2025).
Trump kembali menyampaikan komitmennya setelah sebelumnya mengutarakan pernyataan yang berseberangan. Ia sempat berkata bahwa jika ingin Powell keluar, maka akan dilakukan dengan cepat.
1. Trump ingin pemangkasan suku bunga dilakukan lebih agresif

Trump kembali menyuarakan desakan agar Powell menurunkan suku bunga, yang menurutnya masih terlalu tinggi dan menghambat pertumbuhan.
“Saya ingin dia lebih aktif dalam gagasan menurunkan suku bunga,” ujar Trump, dikutip dari CNBC Internasional, Rabu (23/4/2025). Ia menyebut saat ini adalah waktu yang tepat untuk melonggarkan kebijakan moneter.
Trump selama ini dikenal rutin menekan The Fed agar bertindak cepat dalam memangkas suku bunga. Menurutnya, langkah itu penting untuk mendukung ekonomi domestik menjelang pemilu. Dalam pernyataan sebelumnya, Trump bahkan sempat menyebut Powell sebagai “pecundang besar”.
2. Tarik ulur pemecatan Powell sempat dibahas dalam lingkaran Trump

Pekan lalu, penasihat ekonomi Gedung Putih Kevin Hassett mengungkap bahwa Trump dan stafnya tengah mengkaji kemungkinan mencopot Powell. Namun, Powell menyatakan bahwa secara hukum, presiden tidak memiliki wewenang untuk memecat Ketua The Fed. Masa jabatan Powell baru akan berakhir pada Mei 2026.
Kendati demikian, Trump pernah menyampaikan bahwa dirinya bisa saja memberhentikan Powell kapan pun jika diinginkan. Pernyataan itu sempat menimbulkan spekulasi mengenai stabilitas bank sentral di mata investor global.
3. Pasar terguncang akibat tekanan Trump terhadap The Fed

Julukan “Terlambat” dan kecaman Trump terhadap Powell memicu kepanikan pasar, menurunkan harga saham dan obligasi. Harga emas bahkan melonjak ke rekor tertinggi, mencerminkan lonjakan permintaan atas aset lindung nilai. Reaksi negatif pasar terjadi seiring memburuknya ketegangan antara Gedung Putih dan The Fed.
The Fed sendiri masih menahan diri dari pemangkasan lanjutan karena inflasi belum turun ke target 2 persen. Sebelumnya, Powell memperingatkan bahwa kebijakan tarif Trump terhadap negara mitra dagang berisiko memperburuk inflasi. Kondisi ini menambah tantangan bagi The Fed yang mengemban mandat ganda menjaga lapangan kerja dan kestabilan harga.