Prabowo Minta Proyek Hilirisasi Rp600 T Dikebut, Target Eksekusi 2026

- Proyek hilirisasi jadi senjata pendorong pertumbuhan ekonomi dengan total investasi hampir Rp600 triliun.
- Pembahasan mencakup sektor minerba, perikanan, dan pertanian untuk percepatan hilirisasi.
- DME menjadi fokus utama proyek hilirisasi sebagai pengganti LPG dengan kebutuhan energi Indonesia yang semakin mendesak.
Jakarta, IDN Times - Presiden Prabowo Subianto telah memberikan arahan untuk mempercepat pengerjaan 18 proyek hilirisasi. Hal itu disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia.
Setelah mengikuti rapat terbatas (ratas) dengan Prabowo, Bahlil menyatakan proyek-proyek yang sudah menyelesaikan tahap pra-studi kelayakan (pra-FS) itu harus diselesaikan tahun ini juga.
Dengan demikian, pengerjaan di lapangan secara fisik bisa berjalan mulai 2026. Hal itu juga disampaikan kepada Chief Executive Officer (CEO) Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) Rosan Perkasa Roeslani.
"Arahan Bapak Presiden dari 18 proyek yang sudah selesai pra-FS dan sudah dibicarakan dengan Danantara, tadi Pak Rosan juga, kita akan selesaikan di tahun ini untuk semuanya, dan di 2026 langsung pekerjaan di lapangan bisa berjalan," kata Bahlil dikutip Jumat (7/11/2025).
1. Proyek hilirisasi jadi senjata pendorong pertumbuhan ekonomi

Bahlil menjelaskan, percepatan 18 proyek hilirisasi merupakan bagian dari strategi pemerintah untuk mencapai tujuan yang lebih besar. Proyek-proyek tersebut memiliki total nilai investasi fantastis, yaitu hampir Rp600 triliun.
"Ini akan menciptakan pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan pekerjaan, dan produk-produknya itu menjadikan sebagai substitusi impor," ujar dia.
2. Pembahasan mencakup sektor minerba, perikanan dan pertanian

Bahlil memaparkan rapat terbatas dengan Prabowo secara spesifik membahas mengenai percepatan hilirisasi, tidak hanya berfokus pada sektor energi dan mineral, tetapi juga mencakup sektor perikanan dan pertanian.
"Nah, hilirisasi ini baik di sektor perikanan, kemudian di sektor pertanian, dan di sektor energi dan mineral batu bara," paparnya.
3. DME jadi salah satu proyek yang krusial untuk dibangun

Salah satu produk yang menjadi fokus utama dalam proyek hilirisasi ini adalah Dimethyl Ether (DME), yang direncanakan sebagai pengganti Liquefied Petroleum Gas (LPG).
Bahlil menyoroti kebutuhan energi di Indonesia semakin mendesak. Setelah peresmian pabrik milik PT Lotte Chemical Indonesia (LCI) di Cilegon, dia menekankan Indonesia saat ini membutuhkan sekitar 1,2 juta ton LPG per tahun.
"Maka konsumsi kita nanti ke depan di 2026 itu sudah mencapai hampir 10 juta ton LPG. Tidak bisa kita lama, kita harus segera membangun industri-industri dalam negeri," jelasnya.


















