Bukan COVID-19, Ketakutan Terbesar Wall Street adalah Inflasi

Hal ini berdasarkan survei Bank of America

Jakarta, IDN Times – Pandemik COVID-19 telah mengguncang Bursa Amerika Serikat (AS) Wall Street hingga ke intinya pada Maret tahun lalu. Berbagai indeks utama di bursa, seperti Dow Jones, mencatatkan penurunan tajam.

Namun setahun kemudian, meski COVID-19 masih ada, krisis kesehatan itu tidak lagi menjadi isu paling mengerikan karena investor percaya pandemik ini akan segera berakhir.

“Untuk pertama kalinya sejak Februari 2020, COVID-19 tidak lagi menjadi ketakutan nomor 1 di antara manajer portofolio yang disurvei oleh Bank of America,” kata bank, Selasa (16/3/2021).

Baca Juga: 5 Langkah Strategis Pemerintah dan Bank Indonesia Jaga Inflasi 2021

1. Inflasi jadi kekhawatiran utama

Bukan COVID-19, Ketakutan Terbesar Wall Street adalah InflasiIlustrasi Inflasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Menurut survei itu, investor berpengalaman sekarang khawatir bahwa ekonomi dapat pulih begitu cepat sehingga menjadi terlalu panas.

Inflasi sekarang menjadi risiko teratas yang paling dikhawatirkan oleh manajer portofolio yang disurvei oleh Bank of America. Kekhawatiran kedua yang paling umum adalah taper tantrum, yang terjadi ketika pasar panik karena imbal hasil obligasi yang melonjak.

Penemuan ini menggarisbawahi betapa drastisnya situasi telah berubah selama setahun terakhir. Keyakinan telah tumbuh karena peluncuran vaksin, pelonggaran pembatasan keamanan kesehatan, dan dukungan yang belum pernah terjadi sebelumnya dari pemerintah federal.

“Sentimen investor jelas bullish,” tulis ahli strategi Bank of America dalam laporan Selasa.

Ini terlihat dari tingginya pemulihan di indeks saham AS. Indeks Dow Jones yang mencapai titik terendah di 18.592 pada 23 Maret 2020, telah naik secara mengejutkan sebesar 77 persen sejak saat itu. Nasdaq juga telah berlipat ganda selama rentang itu, menurut CNN, Selasa.

2. Ekonomi terpanas dalam beberapa dekade

Bukan COVID-19, Ketakutan Terbesar Wall Street adalah InflasiSalah satu kantor cabang Goldman Sachs di Hong Kong. Sumber: BYME Engineering.

Para ekonom juga sangat optimistis, terutama karena Negeri Paman Sam memberikan lebih banyak dukungan bagi perekonomian daripada yang diperkirakan banyak orang beberapa bulan lalu. Minggu lalu, Kongres mengesahkan Paket Penyelamatan Amerika senilai 1,9 triliun dolar AS dari Presiden Joe Biden.

Goldman Sachs sekarang memprediksi ekonomi AS akan mencatat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) seperti Tiongkok sebesar 7 persen dalam setahun penuh pada 2021. Itu akan menjadi laju tercepat bagi Amerika Serikat sejak 1984.

Sementara itu, Goldman Sachs memperkirakan ekonomi AS akan tumbuh 8 persen lebih tinggi pada akhir 2021, dibandingkan dengan akhir tahun lalu. Dengan ukuran itu, ini akan menjadi pertumbuhan PDB tercepat sejak 1965.

Hampir setengah (48 persen) dari fund manager yang disurvei oleh Bank of America sekarang mengharapkan pemulihan berbentuk V, naik dari hanya 10 persen dalam survei Mei 2020. Di sisi lain, sebanyak 91 persen investor, rekor tertinggi,  kini yakin ekonomi AS akan lebih kuat.

3. Ketakutan inflasi menyebabkan suku bunga naik

Bukan COVID-19, Ketakutan Terbesar Wall Street adalah InflasiSeorang sukarelawan meletakkan bendera Amerika mewakili beberapa dari 200.000 nyawa yang hilang di Amerika Serikat dalam pandemi penyakit virus korona (COVID-19) di National Mall, Washington, Amerika Serikat, Selasa (22/9/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Joshua Roberts)

Meski semua optimisme itu adalah kabar baik, namun sejumlah pihak di Wall Street khawatir bahwa ekonomi dapat menjadi terlalu panas. Ketakutan besar adalah bahwa kenaikan inflasi menyebabkan Bank Sentral AS the Federal Reserve menaikkan suku bunga dengan cepat, memperpendek pemulihan ekonomi dan ledakan pasar.

Itu pernah terjadi pada 1970-an dan awal 1980-an ketika bank sentral yang dipimpin Paul Volcker menjinakkan inflasi dengan kenaikan suku bunga yang agresif.

Bank of America mengatakan, rekor 93 persen fund manager memperkirakan inflasi global akan lebih tinggi selama 12 bulan ke depan, naik dari 85 persen pada survei Februari.

Baca Juga: Jadi Hottest Trend di Wall Street, Apa itu SPAC?

4. Inflasi hanya sementara

Bukan COVID-19, Ketakutan Terbesar Wall Street adalah InflasiSumber Gambar: cna.finance.com

Di tengah kekhawatiran itu, Menteri Keuangan Janet Yellen memberikan pesan yang menenangkan pasar. Ia mengatakan inflasi mungkin bergerak lebih tinggi, tetapi hanya untuk sementara.

“Untuk mendapatkan inflasi tinggi yang berkelanjutan seperti yang kita alami di tahun 1970-an, saya sama sekali tidak memperkirakan itu (akan terjadi),” kata Yellen kepada ABC.

Ed Yardeni, presiden penasihat investasi Yardeni Research, juga tidak terlalu khawatir dengan inflasi yang membengkak karena sekitar 10 juta pekerja AS masih menganggur akibat pandemik tersebut.

“Spiral harga upah gaya 1970-an sekarang tidak mungkin, menurut pendapat kami, terlepas dari ekses fiskal dan moneter pemerintah kami,” tulis Yardeni dalam sebuah catatan kepada kliennya, Selasa.

Baca Juga: Memahami Arti Hiperinflasi dan Dampak Ngerinya ke Sebuah Negara

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya