[KALEIDOSKOP] Dampak Pandemik COVID-19 ke Sektor Transportasi di 2020

Pandemik menyebabkan pendapatan menurun dan PHK massal

Jakarta, IDN Times – Pandemik COVID-19 mewarnai segala aspek kehidupan sepanjang tahun ini. Penyakit yang pertama kali muncul di Wuhan, Tiongkok pada Desember 2019 itu, telah memicu penerapan penguncian (lockdown) dan pembatasan besar-besaran di berbagai penjuru dunia, termasuk di Indonesia yang menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Meski di Indonesia kasus COVID-19 baru disadari pada Maret, dampaknya luar biasa besar hingga kini. PSBB dan lockdown di sejumlah negara tetangga pada akhirnya membawa dampak menghancurkan pada berbagai sektor, termasuk transportasi.

Di saat PSBB berlangsung di beberapa wilayah Indonesia, orang-orang diimbau untuk tidak bepergian, baik antarkota, provinsi maupun negara. Akibatnya, sektor transportasi mengalami kelumpuhan. Sebab, perjalanan orang mengalami penurunan yang sangat signifikan.

Bahkan, menurut laporan Kamar Dagang dan Industri (Kadin), jumlah pendapatan di sektor transportasi mengalami penurunan tajam di awal masuknya pandemik di Indonesia.

Baca Juga: BPS: Mayoritas Pelaku Usaha Alami Penurunan Pendapatan Akibat COVID-19

1. Penurunan omzet 50 persen

[KALEIDOSKOP] Dampak Pandemik COVID-19 ke Sektor Transportasi di 2020ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

Indonesia pertama kali mengkonfirmasi kasus COVID-19 pada 2 Maret 2020. Saat itu, Presiden Joko “Jokowi” Widodo mengumumkan ada dua orang Indonesia positif terjangkit virus corona, yakni perempuan berusia 31 tahun dan ibunya yang berusia 64 tahun.

Sejak saat itu, kasus dilaporkan semakin meningkat di berbagai wilayah, dan pemerintah pun mulai memberlakukan berbagai pembatasan guna mencegah penyebaran wabah lebih luas. Di Jakarta, pemerintah memberlakukan PSBB pertama kali pada 10 April lalu. Pembatasan ketat diperpanjang hingga tiga putaran, masing-masing sepanjang 14 hari.

Akibat berbagai upaya pencegahan tersebut, per April lalu sektor transportasi mencatatkan penurunan omzet hingga 50 persen sejak pandemik melanda, sebagaimana disampaikan Wakil Ketua Umum KADIN Bidang Perhubungan, Carmelita Hartoto. Dia mengatakan penurunan itu merata pada semua moda transportasi.

“Pelaku usaha sangat memahami tujuan dari kebijakan tersebut. Hanya saja, di saat bersamaan terjadi penurunan omzet angkutan jalan sejak dua bulan lalu. Penurunan omzet angkutan barang telah mencapai 25 persen hingga 50 persen,” ujarnya di Jakarta, sebagaimana dimuat dalam situs resmi Kadin, Minggu (12/4/2020).

“Jika kondisi masih berlarut dan berkepanjangan maka diprediksi akan banyak pelaku usaha angkutan jalan yang akan gulung tikar,” tambahnya saat itu.

2. Data penurunan jumlah penumpang BPS

[KALEIDOSKOP] Dampak Pandemik COVID-19 ke Sektor Transportasi di 2020Screenshot data BPS untuk jumlah penumpang dalam negeri menurut jenis angkutan

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah penumpang dalam negeri mengalami penurunan signifikan sejak April 2020, saat kasus pandemik COVID-19 meningkat di Indonesia. Penurunan itu terjadi secara merata, mulai dari penumpang angkutan kereta api, angkutan laut, maupun udara.

Pada April, jumlah pengguna kereta api hanya sekitar 5,8 juta orang, turun dari 23,4 juta pada Maret. Angka itu juga jauh lebih rendah dari setahun sebelumnya atau April 2019 yang mencapai 35,8 juta penumpang. Jumlah penumpang kereta api terus rendah hingga September 2020, di mana tiap bulannya tidak pernah mencapai 13 juta penumpang.

Di sisi angkutan laut, penurunan juga terjadi. Pada April 2020, hanya ada sekitar 560 ribu pengguna angkutan laut, turun dari 1,9 juta di Maret. Pada April 2019, angka pengguna angkutan laut adalah sebanyak 1,8 juta.

Sementara itu di sisi angkutan udara, hanya ada 838 ribu penumpang di April, turun dari sekitar 4,5 juta pada Maret dan 5,6 juta pada April 2019. Setelahnya hingga September 2020, jumlah pengguna angkutan udara tidak pernah melampaui 2 juta penumpang per bulannya.

Dari ketiga moda transportasi tersebut, penurunan paling rendah terjadi di bulan Mei 2020, di mana hanya ada 5,4 juta pengguna angkutan kereta api, 276 ribu pengguna angkutan laut, dan 87 ribu pengguna angkutan udara, menurut laporan Perkembangan beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia November 2020 oleh BPS.

Baca Juga: Menhub Ungkap 3 Tantangan Belum Terjawab di Pembangunan Transportasi  

3. PHK di sektor transportasi akibat pandemik

[KALEIDOSKOP] Dampak Pandemik COVID-19 ke Sektor Transportasi di 2020Instagram.com/berlin_airport

Pandemik COVID-19 tidak hanya membuat pendapatan dan jumlah pengguna transportasi menurun, tapi juga menyebabkan banyak orang di sektor ini terdampak pemutusan kerja (PHK) besar-besaran. Banyaknya PHK terjadi karena berbagai perusahaan terus berupaya melakukan penghematan untuk mempertahankan bisnis akibat menurunnya pendapatan.

Di dalam negeri, PT Garuda Indonesia Tbk mengambil keputusan untuk melakukan pemutusan kontrak terhadap 700 karyawannya pada 1 November. Hal itu dilakukan lantaran pandemik COVID-19 yang terjadi sejak awal tahun ini, telah memporak-porandakan bisnis maskapai pelat merah tersebut.

Garuda Indonesia mengalami kesulitan membayar sewa pesawat akibat pandemik COVID-19. Setidaknya Garuda Indonesia memiliki 31 perjanjian pesawat dengan perusahaan penyewa alias lessor. Selain itu, jumlah penumpang pesawat Garuda Indonesia mengalami penurunan hingga 90 persen dibanding masa normal sebelum COVID-19.

Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, mengatakan bahwa jumlah penumpang maskapai memang anjlok di tengah berbagai pembatasan saat pandemik ini. Keterisian penumpang Garuda tinggal 10 persen.

"Jadi pandemik wabah COVID-19 ini memang menimbulkan dampak yang signifikan terhadap industri penerbangan," katanya (16/6/2020).

PHK besar-besaran juga terjadi di berbagai belahan dunia, bahkan terlihat jelas di industri penerbangan, di mana maskapai-maskapai utama dunia melakukan pengurangan jumlah karyawan dalam jumlah sangat besar.

Salah satu maskapai besar yang melakukan PHK adalah Lufthansa. Maskapai penerbangan Jerman ini memiliki rencana PHK besar-besaran tahun ini dan tahun depan. Hal ini disampaikan surat kabar nasional negara Jerman Bild am Sonntag pada Minggu (6/12/2020).

Menurut laporan, Lufthansa akan melakukan PHK pada 29 ribu staf pada akhir tahun ini dan akan mengurangi 10 ribu pekerja lagi di negara asalnya tahun depan karena telah terdampak parah oleh pandemik virus corona.

Selain itu, maskapai Inggris British Airways juga turut melakukan pengurangan karyawan. Pada bulan April, British Airways mengatakan bahwa mereka mungkin harus mengurangi pekerja sebanyak 12 ribu orang atau setara lebih dari seperempat tenaga kerjanya. Langkah itu dipertimbangkan karena permintaan perjalanan selama pandemik telah turun tajam.

Baca Juga: [KALEIDOSKOP] Setahun Ini, Budi Karya Sumadi Sudah Bikin Apa Saja?

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya