Omicron Merajalela, Bagaimana Dampaknya ke Sektor Penerbangan?

Pemulihan sektor penerbangan sedang berlangsung

Jakarta, IDN Times – Pandemik virus corona telah membawa dampak negatif ke sektor penerbangan tahun lalu, menyebabkan berkurangnya jumlah penumpang hingga banyak maskapai mengalami kesulitan keuangan. Tahun ini, kemunculan varian Omicron pun menimbulkan kekhawatiran baru pada dunia penerbangan yang mulai bangkit.

Presiden maskapai Emirates, Tim Clark, mengatakan penyebaran varian virus corona baru, Omicron, akan memperlambat pemulihan industri penerbangan, tetapi tidak mengurangi permintaan tiket secara keseluruhan selama musim perjalanan di musim dingin yang sibuk.

“Omicron agak memperlambat momentum kami, tetapi kami masih melihat pemulihan permintaan yang positif secara keseluruhan,” kata Clark kepada BBC pekan lalu, sebagaimana dikutip IDN Times, Rabu (22/12/2021).

Baca Juga: Gelombang 4 COVID-19 Hantui Eropa, Ini Kata Presiden Emirates

1. Ancaman Omicron

Omicron Merajalela, Bagaimana Dampaknya ke Sektor Penerbangan?Protokol kesehatan di Bandara Soetta (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal)

Kehadiran varian Omicron telah menimbulkan tantangan baru pada dunia penerbangan. Orang-orang yang bepergian ke luar negeri kini harus melakukan pengujian lagi, perbatasan-perbatasan kembali ditutup, dan tindakan karantina mulai diberlakukan lagi.

Pergeseran ini menimbulkan kekhawatiran bagi banyak maskapai menjelang musim perjalanan Natal dan Tahun Baru, di mana mereka seharusnya meraup banyak pendapatan karena meningkatnya penjualan tiket.

Periode liburan ini sangat penting bagi industri ini, karena biasanya maskapai penerbangan beroperasi pada kapasitas tinggi karena jutaan orang di seluruh dunia melakukan perjalanan untuk liburan dan mengunjungi keluarga.

Baca Juga: Kemenhub Siapkan Sektor Penerbangan Hadapi Cuaca Ekstrem dan La Nina

2. Trauma besar pada bisnis penerbangan global

Omicron Merajalela, Bagaimana Dampaknya ke Sektor Penerbangan?Pengunjung mengamati pesawat Garuda Indonesia bercorak khusus dengan visual masker pada bagian moncong pesawat di Hanggar GMF AeroAsia Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (8/12/2020) (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal)

Saat pertama kali Omicron ditemukan, Clark awalnya menyatakan ia prihatin pada dunia penerbangan karena varian yang pertama ditemukan di Afrika itu akan memberi pukulan besar pada puncak penerbangan di bulan Desember, sehingga akan menyebabkan trauma besar dalam bisnis penerbangan global.

Seperti banyak maskapai penerbangan di seluruh dunia, akibat varian ini Emirates menangguhkan penerbangan ke negara-negara di Afrika Selatan dan harus menghentikan penerbangan ke Maroko karena penutupan perbatasan.

Tapi Clark mengatakan bahwa maskapainya sekarang telah mampu menutupi celah itu karena permintaan yang kuat pada rute penerbangan lain. Maskapai ini menambahkan penerbangan ke Australia, sebagian Eropa dan Inggris.

“Sejauh ini, dampaknya belum signifikan terhadap bisnis seperti yang telah diantisipasi Emirates pada awalnya,” katanya. Maskapai penerbangan yang berbasis di Uni Emirat Arab itu mengatakan bahwa meskipun ada Omicron, penerbangan ke negara itu telah beroperasi dengan kapasitas penuh.

Baca Juga: Pemerintah Teken Kerja Sama Garuda Indonesia dan Emirates

3. Tanggapan pemimpin di sektor penerbangan

Omicron Merajalela, Bagaimana Dampaknya ke Sektor Penerbangan?Emirates President, Tim Clark (Twitter.com/emirates)

Tingkat vaksinasi yang tinggi di Uni Emirat Arab dan tingkat infeksi COVID-19 yang rendah telah berperan penting dalam menarik wisatawan. World Expo 2020, misalnya, yang masih berlangsung di Dubai, telah menarik puluhan ribu pengunjung asing sejak acara enam bulanan itu dimulai pada Oktober.

Sejalan dengan Clark, kepala eksekutif Etihad Airways yang berbasis di Abu Dhabi, Tony Douglas, mengatakan varian Omicron kemungkinan tidak akan memberikan dampak besar pada pemulihan maskapai global seperti kemunculan varian sebelumnya, termasuk Delta.

“Ada keinginan besar untuk bepergian, didorong oleh kunjungan teman dan keluarga,” katanya.

Bos Qatar Airways, Akbar Al Baker, juga mengatakan varian virus corona baru ini akan memiliki dampak keseluruhan yang terbatas pada pemulihan industri.

Sementara itu, Orkun Altintas, direktur untuk kedirgantaraan dan pertahanan di konsultan Frost dan Sullivan mengatakan terlalu dini untuk mengukur sepenuhnya dampak Omicron. Namun dia memperkirakan perkembangan terakhir akan menghambat pemulihan sektor dalam waktu dekat.

“Maskapai penerbangan mengharapkan pendapatan yang jauh lebih tinggi dibandingkan tahun lalu selama musim liburan, tetapi sekarang mereka tidak yakin tentang hal itu,” katanya.

Sebelumnya pada Desember, Fitch Ratings mengubah prospeknya untuk lalu lintas udara global untuk tahun 2021, menurunkannya menjadi lebih dari 50 persen dari level 2019, dibandingkan perkiraan sebelumnya yang turun 35 persen.

Fitch juga memangkas prospeknya untuk 2022 dan 2023. Alasannya adalah karena gelombang infeksi tambahan dan respons kebijakan dapat menyebabkan pembatasan perjalanan dan penurunan lalu lintas yang terhenti atau sementara.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya