Rupiah Melemah, Pasar Cermati Utang Luar Negeri dan Data Inflasi AS

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah melemah pada penutupan perdagangan awal pekan, Senin (14/7/2025) sore. Hal ini terjadi dipengaruhi sejumlah faktor dalam dan luar negeri.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka di level Rp16.217 per dolar AS dan ditutup di posisi Rp16.250, melemah 32 poin atau 0,20 persen, dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp16.218 per dolar AS.
1. Pasar cermati utang luar negeri naik
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi menyampaikan Bank Indonesia (BI) mencatat posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia pada Mei 2025 meningkat menjadi 435,6 miliar dolar AS atau sekitar Rp7.100,28 triliun, dengan asumsi kurs Rp16.300 per dolar AS.
Jumlah tersebut naik 4,05 miliar dolar AS dari April 2025 yang tercatat sebesar 431,55 miliar dolar AS atau sekitar Rp7.197,76 triliun dengan asumsi kurs Rp16.679 per dolar AS.
Meski terjadi kenaikan dalam denominasi dolar, nilai dalam rupiah justru menurun. Pertumbuhan ULN secara tahunan tercatat 6,8 persen, lebih rendah dari April yang sebesar 8,2 persen. Hal itu dipengaruhi perlambatan pertumbuhan ULN sektor publik dan kontraksi pada sektor swasta.
Namun, Ibrahim menilai struktur ULN Indonesia masih sehat, dengan rasio terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terjaga di 30,6 persen dan 84,6 persen di antaranya merupakan ULN jangka panjang.
Dia menjelaskan, posisi ULN pemerintah per Mei 2025 sebesar 209,6 miliar dolar AS atau tumbuh 9,8 persen secara tahunan, lebih rendah dibanding April yang sebesar 10,4 persen.
"Perkembangan ULN tersebut dipengaruhi oleh pembayaran jatuh tempo Surat Berharga Negara (SBN) internasional, di tengah aliran masuk modal asing pada SBN domestik," sebutnya.
2. Pasar waspadai rilis data inflasi AS
Ibrahim memaparkan fokus investor pekan ini tertuju pada rilis data inflasi konsumen Amerika Serikat untuk periode Juni yang dijadwalkan pada Selasa. Data tersebut diperkirakan menunjukkan kenaikan pada inflasi inti dan keseluruhan, di tengah spekulasi apakah kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump turut memberi tekanan pada harga barang.
"Inflasi yang stagnan kemungkinan akan memberi Federal Reserve lebih banyak dorongan untuk mempertahankan suku bunga, meskipun ada desakan dari presiden agar bank sentral segera memangkas suku bunga," ujarnya.
3. Proyeksi pergerakan rupiah masih melemah
Ibrahim mencatat pada perdagangan sore ini, rupiah ditutup melemah 32 poin setelah sempat menyentuh pelemahan 45 poin per dolar AS.
Untuk perdagangan Selasa (15/7/2025), rupiah diperkirakan akan bergerak fluktuatif namun tetap melemah di kisaran Rp16.240 hingga Rp16.290 per dolar AS.