Setelah Negosiasi Panjang, AS dan China Capai Titik Final soal TikTok

- Proses negosiasi TikTok berlangsung bertahap, dimulai dari undang-undang hingga perintah eksekutif yang mengatur pengalihan kepemilikan ke investor AS.
- Kesepakatan TikTok terkait pembicaraan dagang AS–China, termasuk soal ekspor kedelai dan keseimbangan perdagangan.
- TikTok tetap jadi platform utama di AS dengan 43 persen warga AS di bawah 30 tahun memperoleh berita dari aplikasi tersebut.
Jakarta, IDN Times – Amerika Serikat (AS) dan China akhirnya mencapai kesepakatan mengenai penjualan operasional TikTok di AS kepada investor Amerika. Pada Minggu (26/10/2025), Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengumumkan bahwa kesepakatan tersebut akan disahkan secara resmi oleh Presiden AS, Donald Trump dan Presiden China, Xi Jinping dalam pertemuan di Busan, Korea Selatan, pada Kamis (30/10/2025).
“Kami telah mencapai kesepakatan final untuk TikTok,” kata Bessent di acara Face the Nation CBS News, seraya menambahkan bahwa kedua pemimpin akan menyelesaikan transaksi tersebut di Korea.
Dilansir dari Newsweek, dalam kesepakatan ini, 80 persen saham TikTok di AS akan dimiliki oleh investor Amerika, termasuk Oracle dan Silver Lake Partners. ByteDance serta investor asal China hanya memegang kurang dari 20 persen saham.
Struktur baru tersebut juga menetapkan bahwa dewan direksi TikTok mayoritas diisi oleh perwakilan AS, sementara ByteDance hanya memiliki satu kursi tanpa hak suara untuk urusan keamanan nasional. Langkah ini dibuat untuk merespons kekhawatiran Washington mengenai privasi data dan potensi pengaruh Partai Komunis China (CCP).
1. Proses negosiasi TikTok berlangsung bertahap

TikTok, aplikasi berbagi video milik ByteDance asal China, telah lama menjadi sorotan di AS karena isu privasi dan keamanan data. Pada April 2024, eks Presiden Joe Biden menandatangani undang-undang yang mengharuskan ByteDance menjual operasional TikTok di AS sebelum 20 Januari 2025 atau menghadapi pelarangan penuh di toko aplikasi. Setelah menjabat, Trump memperpanjang batas waktu tersebut empat kali guna memberi ruang bagi proses negosiasi.
Perkembangan penting terjadi pada 25 September 2025 ketika Trump menandatangani perintah eksekutif berjudul Saving TikTok While Protecting National Security. Dokumen itu menguraikan pengalihan kepemilikan ke investor AS dan memastikan kendali algoritma TikTok sepenuhnya berada di tangan pemilik baru. Langkah ini dibuat untuk mencegah risiko penyalahgunaan data dan campur tangan politik dari China.
Kesepakatan yang diperkirakan bernilai sekitar 14 miliar dolar AS (setara Rp232,5 triliun) melibatkan sejumlah investor besar seperti pendiri Oracle Larry Ellison, pengusaha teknologi Michael Dell, serta pemilik media Rupert Murdoch.
“Saya bukan bagian dari sisi komersial dari transaksi,” kata Bessent, dikutip dari The Guardian.
Ia menjelaskan bahwa perannya difokuskan pada penyelesaian persetujuan dengan pihak China agar kesepakatan bisa rampung.
2. Kesepakatan TikTok terkait pembicaraan dagang AS–China

Kesepakatan mengenai TikTok tidak berdiri sendiri, melainkan menjadi bagian dari pembahasan dagang yang lebih luas antara AS dan China. Dalam pertemuan itu, kedua negara juga membicarakan soal ekspor kedelai, keseimbangan perdagangan, serta penanggulangan krisis fentanyl. Ancaman Trump untuk menaikkan tarif impor barang asal China dari 55 persen menjadi 155 persen disebut kemungkinan besar dibatalkan setelah pembicaraan berjalan produktif.
“Saya perkirakan ancaman tarif 100 persen telah hilang,” kata Bessent yang melihat adanya kemajuan dalam meredakan ketegangan perdagangan kedua negara, dikutip dari New York Post.
Ia juga menyinggung kekhawatiran bahwa kesepakatan senilai 20 miliar dolar AS (setara Rp332,1 triliun) antara China dan Argentina dapat merugikan petani kedelai Amerika. Namun, ia memastikan permintaan dari China tetap tinggi.
Bessent menjelaskan bahwa kerja sama dagang tersebut akan menjamin kelangsungan ekspor pertanian AS. Ia menilai struktur perdagangan baru ini penting untuk menjaga stabilitas hubungan ekonomi antara kedua negara di tengah ketegangan global yang masih berlangsung.
3. TikTok tetap jadi platform utama di AS

Laporan Pew Research Center pada 25 September 2025 mencatat bahwa 43 persen warga AS berusia di bawah 30 tahun memperoleh berita dari TikTok, melampaui platform lain seperti YouTube, Facebook, atau Instagram. Data ini menunjukkan seberapa besar pengaruh TikTok di kalangan muda Amerika.
Kesepakatan terbaru antara AS dan China memastikan aplikasi tersebut tetap beroperasi di AS tanpa ancaman pelarangan. Selain itu, pengalihan kepemilikan ini dianggap mampu menjawab kekhawatiran pemerintah AS tentang keamanan data pengguna.
Dengan struktur baru yang mayoritas dikuasai investor lokal, TikTok diharapkan tetap menjadi ruang penting bagi generasi muda Amerika untuk mengakses informasi, hiburan, dan diskusi publik tanpa campur tangan asing.
















