Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Strategi Jangka Panjang China: Senjata Rahasia Lawan Rivalitas AS

ilustrasi bendera China dan AS
ilustrasi bendera China dan AS (pexels.com/Karola G)
Intinya sih...
  • China menyusun rencana lima tahun untuk pertumbuhan stabil.
  • Fokus pada teknologi dan kemandirian industri sebagai kekuatan baru.
  • Penguatan sektor manufaktur, modernisasi militer, dan peningkatan konsumsi domestik.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Persaingan besar antara dua kekuatan dunia, China dan Amerika Serikat, makin terasa dari tahun ke tahun. Kamu mungkin sering mendengar soal perang dagang, teknologi, atau aturan ekspor yang bikin banyak negara ikut deg-degan memantau perkembangan keduanya.

China tampak tidak tergesa-gesa menanggapi tekanan dari Washington. Negara itu memilih jalur maraton, bukan sprint kilat. Fokus utamanya: strategi jangka panjang yang matang, terukur, serta melibatkan banyak sektor sekaligus.

China sedang menyiapkan rencana lima tahun terbarunya. Rencana ini menjadi panggung untuk menunjukkan rasa percaya diri mereka bahwa masa depan adalah miliknya.

Meskipun AS disibukkan persoalan internal seperti shutdown pemerintah, China justru mengencangkan strategi globalnya. Dari inovasi teknologi sampai reformasi sosial, China yakin mampu mengungguli pesaingnya lewat konsistensi dan visi jauh ke depan.

Artikel berikut akan membawamu memahami senjata rahasia China dalam menghadapi rivalitas dengan AS.

1. Perencanaan jangka panjang lewat rencana lima tahun

ilustrasi Chongqing, China
ilustrasi Chongqing, China (pexels.com/Yifan Tang)

China punya kebiasaan menyusun rencana pembangunan nasional dalam siklus lima tahunan. Sistem ini terus dilaksanakan dan dipatuhi sebagai panduan besar nasional.

Jiang Jinquan, pejabat dari Kantor Riset Kebijakan Komite Sentral Partai Komunis China, menyampaikan bahwa implementasi konsisten rencana lima tahun menjadi keunggulan politik bagi negaranya. Perencanaan jangka panjang ini diklaim membantu China menjaga arah pertumbuhan meski situasi global berubah cepat.

2. Pembangunan teknologi sebagai pilar kekuatan baru

ilustrasi bioteknologi
ilustrasi bioteknologi (pexels.com/Edward Jenner)

China melihat teknologi sebagai medan utama duel geopolitik. Fokus besarnya mencakup kemandirian teknologi dan percepatan inovasi di sektor strategis.

Prioritas mereka termasuk quantum technology, bioteknologi, energi hidrogen, antarmuka otak–komputer, sampai jaringan komunikasi generasi keenam. Pemerintahnya ingin industri dalam negeri semakin kuat sehingga gak gampang terpengaruh tekanan ekspor dan sanksi dari luar.

3. Menguatkan status sebagai pusat manufaktur dunia

ilustrasi pekerja pabrik manufaktur
ilustrasi pekerja pabrik manufaktur (vecteezy.com/MALAY CHANDRA DAS)

China merasa masih butuh mempertahankan posisi sebagai raksasa industri global. Mereka memilih tetap memperkuat sektor manufaktur dan kualitas produk daripada buru-buru berpindah menjadi ekonomi jasa sepenuhnya.

Keputusan ini diambil karena sektor industri masih dianggap sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi dan kekuatan nasional. Langkah ini sekaligus menjawab tantangan kompetisi dan tuntutan pasar teknologi tinggi.

4. Menjaga keamanan nasional dan kemampuan militer modern

ilustrasi militer China
ilustrasi militer China (pexels.com/Flávia Vicentini)

Pemerintah China menegaskan bahwa penguatan pertahanan menjadi bagian tak terpisahkan dalam rencana jangka panjangnya. Modernisasi militer dianggap penting untuk menjaga posisi negara di tengah persaingan global yang makin panas.

Fokus kemampuan tempur masa depan digarap sejalan dengan ambisi China memperluas pengaruh internasional. Strategi ini menunjang posisi tawar mereka saat berhadapan dengan negara pesaing.

5. Mendorong konsumsi domestik dan mengurangi ketimpangan

ilustrasi warga China sedang naik bus
ilustrasi warga China sedang naik bus (pexels.com/zydeaosika)

Pemerintah mengakui adanya masalah seperti konsumsi masyarakat yang masih lemah dan kesenjangan sosial. Prioritas ke depan termasuk memperbaiki sistem jaminan sosial agar daya beli warga lebih kuat.

Pasar domestik akan terus dibesarkan sebagai sumber kekuatan ekonomi baru. Usaha ini juga dibarengi peningkatan akses masyarakat terhadap peluang ekonomi yang lebih merata.

6. Menjadi “sumber kepastian” di dunia yang kacau

ilustrasi bendera China
ilustrasi bendera China (pexels.com/Zifeng Xiong)

Narasi internal China menampilkan diri mereka sebagai negara yang stabil dan konsisten dibandingkan demokrasi Barat. Media pemerintah sering menyoroti bahwa beberapa negara besar sulit mempertahankan kebijakan yang berkelanjutan.

Mereka mempromosikan citra China sebagai pemimpin global yang mampu memberikan kepastian arah pembangunan. Pemerintahnya sering menyampaikan bahwa dunia tengah membutuhkan model kepemimpinan semacam ini.

Rivalitas antara China dan Amerika Serikat akan terus menjadi bab besar dalam geopolitik dunia. China memilih bermain dengan strategi jangka panjang yang terstruktur, terkoordinasi, serta selalu diperbarui lewat rencana lima tahunan. Fokus pada teknologi, penguatan industri, stabilitas politik, keamanan nasional, dan perbaikan ekonomi dalam negeri menjadi fondasi ambisi kebangkitan mereka.

Kamu bisa membayangkan persaingan keduanya layaknya dua pemain catur kelas dunia. China merasa dirinya terus melihat papan permainan secara utuh dan bergerak langkah demi langkah pasti menuju kemenangan.

Apakah strategi maraton ini akan berhasil mengungguli Amerika Serikat? Pertanyaan itu mungkin baru terjawab bertahun-tahun ke depan. Namun satu hal jelas: China sangat yakin pada permainannya sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in Business

See More

5 Tips Menjaga Pelanggan Lama Tetap Setia, Tidak Kabur Ke Kompetitor!

26 Okt 2025, 22:31 WIBBusiness