Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Suku Bunga Acuan BI Naik Lagi Jadi 5,5 Persen!

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (Dok. Tangkapan Layar Vadhia Lidyana/IDN Times)

Jakarta, IDN Times - Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) Edisi Desember 2022 memutuskan kembali menaikkan suku bunga acuan atau 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) menjadi 5,5 persen.

Selain itu, RDG BI juga memutuskan menaikkan suku bunga fasilitas deposit dan suku bunga lending facility.

“Pada hari ini Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 21 dan 22 Desember 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen. Demikian juga suku bunga deposit facility naik sebesar 25 basis poin menjadi 4,75 persen, suku bunga lending facility juga naik sebesar 25 basis poin menjadi 6,25 persen,” kata Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam konferensi pers virtual, Kamis (22/12/2022).

1. Dasar BI menaikkan suku bunga acuan

Ilustrasi suku bunga (IDN Times/Umi Kalsum)

Perry menjelaskan keputusan tersebut sejalan dengan upaya BI untuk menjaga inflasi inti di Indonesia.

"Keputusan kenaikan suku bunga yang lebih terukur tersebut sebagai langkah lanjutan untuk secara front loaded, pre-emptive, dan forward looking memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi sehingga inflasi inti tetap terjaga dalam kisaran 3 plus minus 1 persen," tutur Perry.

2. BI sebut pertumbuhan ekonomi global tahun depan menurun

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan sambutan pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2018 di Jakarta, Selasa (27/11/2018). Dalam kesempatan tersebut, Presiden mengapresiasi langkah Bank Indonesia (BI) yang berupaya menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Perry pun menyatakan, BI memproyeksikan angka pertumbuhan ekonomi global akan melambat tahun depan.

Pada tahun ini, Perry menilai pertumbuhan ekonomi global bisa mencapai tiga persen year on year (yoy). Namun, angka tersebut bakal mengalami perlambatan.

Perry mengatakan, perlambatan pertumbuhan ekonomi global tidak lepas dari masih meningkatnya ketidakpastian global dan adanya potensi resesi di sejumlah negara.

“Perlambatan ekonomi global dipengaruhi fragementasi ekonomi, perdagangan, hingga investasi akibat ketegangan geo-politik yang berlanjut dan pengetatan kebijakan moneter yang agresif di negara maju," beber dia.

3. Pertumbuhan ekonomi global melambat ke level 2 persenan tahun depan

ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Aditya Pratama)

Perry melanjutkan, melalui asesment yang dilakukan BI hingga Desember 2022, kondisi ekonomi global masih akan diselimuti ketidakpastian.

Hal itu membuat pertumbuhan ekonomi global bakal mengalami perlambatan signifikan.

"Ekonomi global 2023 melambat, sebagaimana perkiraan risiko resesi global di beberapa negara AS dan Eropa sehingga ekonomi global turun menjadi 2,6 persen di tahun 2023,” ucap Perry.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ridwan Aji Pitoko
EditorRidwan Aji Pitoko
Follow Us