Ogah Ngikutin The Fed, BI Gak Mau Naikkan Suku Bunga Berlebihan

Jakarta, IDN Times - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengatakan tak mau menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-day (Reverse) Repo Rate secara agresif.
Perry mengatakan, BI tak mau mengikuti langkah Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) yang merespons lonjakan inflasi dengan kenaikan suku bunga yang signifikan.
1. Bantuan subsidi dari pemerintah turut tekan inflasi

Menurut Perry, Indonesia sudah banyak menggelontorkan bantuan subsidi untuk masyarakat. Upaya itu turut membantu menjaga tingkat inflasi Indonesia di level 5 persen.
"Dengan adanya subsidi dari Bu Menteri, tekanan inflasi terjaga. Sehingga kami tidak harus menaikkan suku bunga, respons suku bunga itu berlebihan, agresif seperti Amerika atau negara lain," kata Perry dalam Outlook Ekonomi Indonesia 2023 di Hotel The Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakarta, Rabu (21/12/2022).
2. BI sudah naikkan suku bunga acuan empat kali tahun ini

BI sendiri sudah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 4 kali tahun ini. Tercatat, pada 23 Agustus 2022 lalu BI menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis bps menjadi 3,75 persen, pada 21 September 2022 lalu naik 50 bps menjadi 4,25 persen, dan pada 20 Oktober 2022 naik 50 bps menjadi 4,75 persen.
Terakhir, pada 17 November 2022 lalu, BI menaikkan suku bunga sebesar 50 bps menjadi 5,25 persen. BI sudah menaikkan suku bunga sebesar 50 bps 3 kali berturut-turut hingga November.
3. BI akan umumkan kebijakan suku bunga acuan besok

Rapat dewan gubernur (RDG) BI di bulan Desember jatuh pada hari ini, Rabu (21/12) dan besok, Kamis (21/2). Kebijakan suku bunga acuan BI pun akan diumumkan besok.
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI) menilai, tingkat inflasi di Indonesia cukup rendah. Di sisi lain, arus modal asing sudah mulai masuk ke Indonesia.
Oleh sebab itu, LPEM FEB UI menilai BI perlu menaikkan agresivitas kenaikan suku bunga acuan, dengan hanya menaikkan sebesar 25 bps menjadi 5,5 persen.