Jakarta, IDN Times - Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi hanya akan mendekati angka 5,1 persen di sepanjang 2019. Angka itu lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun lalu yang mencapai 5,17 persen. Hal itu diungkapkan oleh Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal dalam sebuah diskusi di Jakarta, Selasa (30/7).
"Setelah mencermati perkembangan sepanjang paruh pertama 2019, maka kami meyakini pertumbuhannya tidak akan jauh dari 5,1 persen," ujarnya.
Menurutnya, Indonesia masih punya potensi peningkatan pertumbuhan ekonomi. Apalagi, pesta demokrasi sudah usai. Meski demikian, potensi itu masih bergantung pada jajaran kabinet yang bakal membantu Presiden Jokowi untuk membangun ekonomi Indonesia.
"Ini akan bergantung pada keseriusan presiden dan tim ekonominya menjalankan agenda ekonominya serta sejauh mana konsistensi dalam mengimplementasikan kebijakan - kebijakan tersebut," tutur Faisal.
Meski ada potensi pertumbuhan, faktor tekanan global menjadi batu sandungan. Apalagi, lanjut Faisal, sejumlah badan internasional termasuk IMF melakukan koreksi tajam terhadap pertumbuhan ekonomi dunia pada 2019.
Padahal, tahun lalu IMF masih optimistis bahwa ekonomi dunia akan tumbuh cepat dari angka 3,6 persen menjadi 3,9 persen. Namun, koreksi tersebut diubah menjadi 3,33 persen pada April 2019.
"Perlambatan ini dipicu oleh melambatnya tiga ekonomi besar yakni Amerika Serikat, Tiongkok dan Uni Eropa," tuturnya.
Lebih lanjut, Faisal mengatakan pertumbuhan ekonomi domestik juga bakal bergantung pada stabilitas daya beli dan konsumsi masyarakat dan dorongan belanja pemerintah."Pasalnya, perlambatan ekonomi dunia akan lebih banyak menekan dua sumber pertumbuhan lainnya, yakni investasi dan ekspor," tegasnya.