Tarif Ekspor ke AS Naik, Pemerintah Mulai Intip Lawan Dagang

- RI masih punya daya saing di tengah tarif resiprokalBudi menilai Indonesia masih memiliki daya saing di pasar AS meskipun terkena tarif resiprokal. Tarif 19 persen yang dikenakan lebih rendah dibanding sejumlah negara pesaing.
- RI antisipasi perdagangan yang selama ini surplus dengan ASIndonesia mencatatkan surplus perdagangan dengan AS sebelum kebijakan tarif resiprokal. Pentingnya mengantisipasi arah pasar AS ke depan agar ekspor tetap terjaga.
- Pemerintah pede peluang ekspor ke AS masih terbukaIndonesia dikenai tarif resiprokal dengan angka lebih rendah dibanding sejumlah negara ASEAN, memberikan posisi relatif menguntungkan dalam persaingan
Jakarta, IDN Times - Pemerintah mulai memetakan persaingan ekspor Indonesia ke Amerika Serikat (AS) menyusul kebijakan tarif resiprokal yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump.
Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengatakan pemerintah telah mengidentifikasi 10 produk utama ekspor dan negara-negara pesaingnya. Dari situ, turut dianalisis besaran tarif yang diterapkan terhadap para pesaing tersebut.
"Jadi upaya terus kita lakukan dan kita juga sudah mulai mengintip dari 10 produk ekspor kita, produk utama kita, siapa pesaingnya. Pesaing dari 10 produk itu berapa dapat tarif resiprokal," kata dia dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jakarta, Senin (4/8/2025).
1. RI masih punya daya saing di tengah tarif resiprokal

Budi menilai Indonesia masih memiliki daya saing di pasar AS meskipun terkena tarif resiprokal. Dia menyebut tarif 19 persen yang dikenakan terhadap produk ekspor RI masih lebih rendah dibandingkan sejumlah negara pesaing.
"Saya pikir kita masih kompetitif dengan tarif-tarif yang diberikan kepada negara pesaing kita," ujarnya.
2. RI antisipasi perdagangan yang selama ini surplus dengan AS

Budi mengungkapkan Indonesia masih mencatatkan surplus perdagangan dengan AS sebelum kebijakan tarif resiprokal diberlakukan. Kendati demikian, dia menegaskan pentingnya mengantisipasi arah pasar AS ke depan agar ekspor Indonesia tetap terjaga.
"Memang ya, kita ini surplus sebelum diberlakukan resiprokal ya. Nah kita juga harus, harus kita antisipasi pasar Amerika seperti apa," tuturnya.
3. Pemerintah pede peluang ekspor ke AS masih terbuka

Budi menyampaikan Indonesia dikenai tarif resiprokal dengan angka yang dinilai lebih rendah dibandingkan sejumlah negara ASEAN. Menurutnya, situasi itu memberikan posisi yang relatif menguntungkan bagi Indonesia dalam persaingan ekspor.
Dia menjelaskan struktur persaingan saat ini tidak lagi berada di level yang sama seperti saat semua negara dikenakan tarif Most Favored Nation (MFN). Kini, setiap negara dikenakan tarif yang berbeda-beda, tergantung hasil negosiasi dan hubungan bilateral.
Dalam hal ini, Budi menyebut negara seperti China, Vietnam, dan India justru mendapat tarif lebih tinggi. Dengan kondisi tersebut, dia menilai pasar AS masih menyimpan potensi besar.
"Artinya kalau pasar ke Amerika tetap bergairah, tetap bagus berarti kesempatan kita akan semakin besar karena kita mendapat tarif yang lebih bagus dibanding negara lain," tambahnya.