Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Terancam Hilang Produksi, Ini Strategi Pertamina EP Rantau

PT Pertamina Hulu Energi (PHE) menemukan potensi sumber daya migas di sumur Tedong (TDG)-001 yang berada di area Kecamatan Mamosalato, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah. (dok. Pertamina)
Intinya sih...
  • Pertamina EP Rantau Field berupaya mengurangi potensi kehilangan produksi hingga 62 persen.
  • Inovasi We Are Fines dilakukan untuk menekan angka potensi kehilangan produksi dengan melakukan Management Reservoir.
  • Metode We Are Fines terbukti berhasil dalam mengatasi kepasiran dan dapat diaplikasikan di lapangan lain yang mengalami permasalahan yang sama.

Jakarta, IDN Times - Pertamina EP Rantau Field, bagian dari Pertamina Hulu Rokan Zona 1 terus berupaya mengurangi potensi kehilangan produksi atau loss production opportunity dari lapangan-lapangan migas yang dikelolanya.

Untuk saat ini, Pertamina EP Rantau memiliki tanggung jawab dalam mengelola lapangan-lapangan mgas yang tergolong sudah mature dan memiliki potensi kehilangan produksi akibat pasir (sand/mud).

"Menurut data yang dihimpun oleh Pertamina EP Rantau Field, Potensi Kehilangan Produksi/Loss Production Opportunity di tahun 2019 sampai 2022 adalah 62 persen," kata Petroleum Engineering PEP Rantau, Feruz Kausar dalam keterangan resminya, Senin (28/10/2024).

1. Inovasi We Are Fines

PT Pertamina Hulu Energi (PHE) menemukan potensi sumber daya migas di sumur Tedong (TDG)-001 yang berada di area Kecamatan Mamosalato, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah. (dok. Pertamina)

Pertamina EP Rantau pun melakukan continuous improvement guna mengatasi masalah kepasiran dengan Inovasi We Are Fines. Inovasi We Are Fines berupaya menekan angka potensi kehilangan produksi tersebut dengan melakukan Management Reservoir yang melibatkan proses pengelolaan data dan informasi terkait reservoir migas dalam mengoptimalkan produksi.

"Ini mencakup analisis geologi atau karakteristik batuan, data produksi, dan perencanaan pengembangan untuk memastikan efisiensi dan keberlanjutan eksploitasi sumber daya migas," kata Feruz.vc

2. Penggunaan KCl

PT Pertamina Hulu Energi (PHE) menemukan potensi sumber daya migas di sumur Tedong (TDG)-001 yang berada di area Kecamatan Mamosalato, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah. (dok. Pertamina)

Metode We Are Fines memanfaatkan dan mengimplementasikan hasil study dari LEMIGAS yang menyatakan bahwa penggunaan Potassium Klorida (KCI) memberikan efek positif pada reservoir.

KCl adalah garam yang bersifat hipertonis, artinya zat tersebut memiliki konsentrasi garam yang lebih tinggi dari air formasi. Hal ini menyebabkan fluida KCl akan menarik air dari formasi ke dalam fluida KCl dalam sebuah proses yang dinamakan osmosis.

Proses tersebut dapat mencegah terjadi swelling pada formasi batuan. Swelling pada formasi bantuan dihindari karena dapat menyebabkan terproduksinya pasir ke permukaan.

Berhubung mineralogi formasi batuan di Lapangan Rantau memiliki tanah liat yang tinggi, penggunaan completion fluid yang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya swelling dan terproduksinya pasir.

Oleh karena itu, metode We Are Fines juga melakukan improvisasi sensitivitas penggunaan konsentrasi KCl 2 sampai dengan 7 persen yang lebih efektif dan efisien pada masing-masing layer di Lapangan Rantau.

“Keberhasilan metode We Are Fines didalam menentukan kandungan tanah liat disetiap lapisan batuan diharapkan dapat mempertahankan operasi produksi di field Rantau dan direplikasi ke lapangan migas mature lainnya,” ujar Feruz.

3. Keberhasilan metode We Are Fines

Aktivitas produksi pelumas di pabrik Unit Produksi Jakarta (PUJ) PT Pertamina Lubricant di Jakarta, Kamis (13/6/2024). (IDN Times/Dhana Kencana)

Salah satu keberhasilan dari metode We Are Fines dalam mengatasi kepasiran adalah terbukti di sumur P-455. Sebelum penggunaan KCl, masa produksi (run life) sumur P-455 kurang dari 90 hari dengan hasil pengukuran tag True Depth (TD) terdapat pasir setinggi 126 meter di dalam lubang sumur.

Setelah menggunakan KCl dengan konsentrasi 7 persen, run life sumur P-455 menjadi lebih lama yaitu 222 hari dan sumur masih berproduski (onstream) sampai saat ini.

Metode We Are Fines terbukti dapat mengurangi Loss Production Opportunity akibat masalah kepasiran, menambah usia produktif sumur dan mengurangi frekuensi pekerjaan Rig.

Keberhasilan implementasi metode We Are Fines dapat di aplikasikan di lapangan lain yang mengalami permasalahan yang sama.

“Saya sangat mengapresiasi keberhasilan metode We Are Fines dalam menangani permasalahan kepasiran yang pada periode 2019 dan 2022 sempat membuat loss production oportunity meningkat di atas 50 persen. Inovasi-inovasi yang dilakukan para perwira kami ini harus di apresiasi tinggi, kembali saya tegaskan bahwa keberhasilan ini adalah kerja pintar dari perwira Pertamina EP Rantau dalam menjaga produksi lapangan Rantau,” tutur Manager Pertamina EP Rantau, Tomi Wahyu Alimsyah.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us