Tes Kepribadian Finansial: 5 Tipe Pengelola Uang dan Cara Mengaturnya

- Pencemas cenderung stres dan sulit tidur karena masalah keuangan
- Penunda menghindari urusan finansial, sering telat bayar tagihan
Uang dapat memperlihatkan sisi terdalam seseorang, apakah orang itu penuh ketakutan atau kemurahan hati. Pilihanmu menentukan masa depan keuanganmu. Untuk membangun hubungan yang sehat dengan uang, penting mengenali tipe kepribadian finansialmu.
Berikut lima tipe kepribadian keuangan yang diadaptasi dari buku The Ecstasy of Surrender sebagaimana dilansir dari YourTango. Kamu mungkin memiliki campuran dari beberapa tipe, tetapi pilihlah yang paling mendekati dirimu.
1. Si Pencemas (The Worrier)

Pencemas umumnya hemat dan cermat, namun terlalu banyak khawatir bisa memicu stres berlebihan. Studi menunjukkan stres kronis dapat menurunkan daya tahan tubuh dan kualitas tidur.
Mereka perlu belajar melepaskan kekhawatiran berlebih dan fokus pada tindakan nyata seperti mencicil utang atau menabung perlahan. Menjadi pencemas bukan berarti tidak peduli, namun tetap butuh keseimbangan agar uang tidak menjadi sumber tekanan terus-menerus.
Ciri-ciri si pencemas:
- Khawatir soal uang setiap hari
- Sulit tidur karena memikirkan masalah keuangan
- Mengalami kecemasan bahkan saat kondisi finansial baik
Jika kamu memiliki sebagian besar ciri ini, besar kemungkinan tipe kamu adalah si pencemas.
2. Si Penunda (The Procrastinator)

Tipe ini cenderung menghindari urusan finansial. Mereka menunda membayar tagihan atau mengecek laporan keuangan karena merasa cemas atau malas menghadapi kenyataan.
Penundaan mungkin terasa nyaman sesaat, tapi bisa berdampak serius saat tagihan menumpuk. Rasa bersalah dan panik pun tak terhindarkan.
Ciri-ciri si penunda:
- Menunda pengambilan keputusan finansial
- Sering telat bayar tagihan
- Menghindari melihat utang kartu kredit
Mengatasi penundaan butuh kesadaran diri dan perubahan pola pikir. Langkah kecil, seperti mengatur pengingat rutin, bisa menjadi awal untuk membangun kebiasaan sehat.
3. Si Pemboros Emosional (Addictive Spender)

Tipe ini merasakan kepuasan dari belanja. Uang bukan sekadar alat tukar, tapi menjadi pelarian dari kesepian, stres, atau kekecewaan.
Belanja impulsif dapat menciptakan utang dan merusak reputasi finansial. Ini bukan hanya soal uang, tapi juga masalah emosional yang mendalam.
Ciri-ciri si pemboros:
- Sulit mengontrol keinginan belanja
- Sering membeli barang tanpa rencana
- Menggunakan belanja sebagai pelarian emosi
Pendekatan terbaik adalah terapi atau kelompok dukungan seperti Debtors Anonymous. Belajar mengelola emosi tanpa harus berbelanja jadi kunci utama.
4. Si Penabung Berlebihan (The Saver/Miser)

Tipe ini pandai merencanakan masa depan dan hemat. Namun, ketika kebiasaan menabung berubah jadi obsesi, mereka kesulitan menikmati hasil kerja kerasnya.
Sebagian bahkan menolak membelanjakan uang meskipun mampu. Ini bisa menjadi tanda gangguan kecemasan atau perilaku obsesif.
Ciri-ciri si penabung berlebihan:
- Enggan mengeluarkan uang, bahkan untuk kebutuhan pribadi
- Terobsesi menyimpan uang
- Merasa bersalah saat membeli sesuatu
Menjadi bijak dalam mengelola keuangan bukan berarti pelit. Luangkan sedikit uang untuk hal-hal yang membawa kebahagiaan dan berbagi dengan sesama.
5. Si Pemilih Intuitif (The Intuitive Spender)

Tipe ini menggabungkan logika dan intuisi dalam mengambil keputusan keuangan. Mereka sering mempercayai insting saat berinvestasi atau berbelanja.
Namun, jika tidak hati-hati, mereka bisa tertipu antara intuisi sejati dan keinginan impulsif.
Ciri-ciri si intuitif:
- Mengandalkan perasaan dalam mengambil keputusan finansial
- Percaya pada insting saat mengelola uang
- Sering merasa yakin saat akan berinvestasi
Kunci dari keberhasilan tipe ini adalah keseimbangan antara intuisi dan logika. Evaluasi secara rasional tetap diperlukan agar tidak terjebak dalam keputusan emosional.
Memahami tipe kepribadian keuangan membantu kamu membangun hubungan yang lebih sehat dengan uang. Tidak ada tipe yang sepenuhnya benar atau salah. Yang penting adalah mengenali kelemahan dan kekuatan diri, lalu mengembangkan strategi finansial yang sesuai.
Dengan pemahaman ini, kamu bisa mengambil langkah lebih bijak, menghindari keputusan impulsif, dan membentuk masa depan finansial yang lebih stabil.