Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

The Fed Galau, Tarif Bikin Inflasi Sulit Dikendalikan

Gedung Marriner S. Eccles Federal Reserve, atau sering disebut Gedung Eccles, berada di Foggy Bottom, Washington, D.C., tepatnya di sudut 20th Street dan Constitution Avenue NW. Arsitek Paul Philippe Cret merancang bangunan bergaya Art Deco ini pada 1935, dan pembangunannya rampung dua tahun kemudian, pada 1937. (AgnosticPreachersKid, CC BY-SA 3.0,via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Risalah rapat Fed: Kebijakan tarif bisa memperburuk inflasi dan menciptakan dilema suku bunga.
  • Proyeksi ekonomi: Tingkat pengangguran diperkirakan naik, inflasi dan pertumbuhan ekonomi rendah.
  • Ketegangan perdagangan: AS-China mencabut tarif selama 90 hari, Uni Eropa siap negosiasi dagang.

Jakarta, IDN Times – Risalah rapat Federal Reserve (The Fed) mengungkap kekhawatiran bahwa kebijakan tarif bisa memperburuk inflasi dan menciptakan dilema kebijakan suku bunga. Para peserta sepakat bahwa ketidakpastian ekonomi semakin besar, sehingga pendekatan hati-hati dianggap perlu sampai dampak kebijakan pemerintah lebih jelas terlihat.

Rapat pada 6–7 Mei 2025 itu, memutuskan suku bunga acuan tetap di kisaran 4,25 hingga 4,5 persen sejak penurunan terakhir Desember lalu.

Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) menilai bahwa dengan pertumbuhan ekonomi dan pasar tenaga kerja yang masih solid, serta kebijakan moneter yang cukup ketat, mereka berada dalam posisi yang tepat untuk menunggu kejelasan lebih lanjut. Namun, jika inflasi terbukti lebih bertahan lama sementara prospek pertumbuhan dan lapangan kerja melemah, maka keputusan menjadi makin rumit.

Dilansir dari CNBC Internasional, risalah rapat The Fed menyatakan bahwa Komite mungkin menghadapi tradeoff sulit jika inflasi terbukti lebih persisten sementara prospek pertumbuhan ekonomi dan ketenagakerjaan melemah.

1. Proyeksi ekonomi direvisi turun oleh ekonom internal The Fed

ilustrasi pencari kerja (IDN Times/Aditya Pratama)

Dilansir dari The Hill, ekonom internal The Fed memprediksi pasar tenaga kerja bakal melemah signifikan tahun ini. Tingkat pengangguran diperkirakan akan naik di atas estimasi tingkat alami dan bertahan hingga 2027. Inflasi tahun ini diproyeksikan naik 2,7 persen, sedangkan pertumbuhan ekonomi diperkirakan hanya mencapai 1,7 persen.

Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika Serikat (AS) juga tercatat menyusut 0,3 persen pada kuartal pertama tahun ini. Padahal kuartal sebelumnya sempat tumbuh 2,4 persen, sebelum perusahaan-perusahaan menarik impor demi menghindari tarif. Kebijakan perdagangan disebut turut menyebabkan perlambatan produktivitas dan menurunkan potensi pertumbuhan PDB jangka panjang.

Data harga menunjukkan tekanan mulai mereda. Indeks pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) mencatat inflasi tahunan sebesar 2,3 persen pada Maret, turun dari 2,7 persen di Februari dan 3 persen di Januari. Tren serupa juga tercermin dalam indeks harga konsumen.

2. Ketidakpastian kebijakan bikin perusahaan tahan rekrutmen

ilustrasi survei (IDN Times/Aditya Pratama)

Beberapa pejabat menyebut bahwa survei bisnis dan laporan dari mitra industri menunjukkan perusahaan mulai membatasi atau bahkan menghentikan perekrutan karena ketidakpastian tinggi. Pernyataan pascarapat juga menyoroti rumitnya upaya The Fed untuk menyeimbangkan inflasi rendah dan pekerjaan penuh akibat dinamika kebijakan pemerintah.

Sentimen konsumen pun tercampur. Survei dari University of Michigan menunjukkan indeks kepercayaan konsumen bulan ini turun ke posisi terendah kedua sejak 1952. Namun, laporan Conference Board mencatat peningkatan optimisme masyarakat pada Mei, pertama kalinya dalam beberapa bulan terakhir.

Meski begitu, pasar tenaga kerja saat ini masih menunjukkan ketahanan. Bulan lalu, pengusaha menambah 177 ribu pekerjaan dan tingkat pengangguran berada di angka 4,2 persen. Klaim tunjangan pengangguran baru juga tetap rendah.

3. Ketegangan dagang AS-China dan Eropa mulai mereda

ilustrasi kesepakatan kerjasama (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Setelah rapat, ketegangan perdagangan antara AS dan China mulai mereda. Kedua negara sepakat mencabut tarif paling berat satu sama lain untuk periode negosiasi selama 90 hari. Inggris juga mengumumkan kerangka kerja kesepakatan dagang dengan AS, meskipun belum menjadi kesepakatan final.

Uni Eropa turut menyatakan kesiapan mempercepat negosiasi dagang, membuat Presiden AS Donald Trump membatalkan ancamannya untuk mengenakan tarif 50 persen terhadap produk impor dari Eropa. Namun, China menyebut AS sedang “merusak” kesepakatan yang telah disusun di Jenewa.

Melansir dari CNN Internasional, sikap keras kembali mencuat saat pemerintahan Trump memperingatkan perusahaan agar tidak menggunakan chip kecerdasan buatan (AI) dari Huawei, perusahaan teknologi asal China. Sementara itu, China menolak tuduhan bahwa mereka berperan dalam penyelundupan fentanil ke AS.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us