Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Baru Diterima Kerja? 7 Tips Finansial Penting saat Terima Gaji Pertama

ilustrasi fresh graduate (freepik.com/freepik)

Selamat! Akhirnya kamu berhasil menembus dunia kerja dan menerima gaji pertamamu. Rasanya pasti campur aduk antara bangga, bahagia, sampai bingung mau diapakan uang tersebut. Wajar kok, gaji pertama memang selalu punya kesan spesial.

Tapi di balik euforianya, ada baiknya kamu mulai memikirkan cara cerdas mengelola keuangan agar tidak terjebak dalam masalah finansial di masa depan. Banyak orang yang langsung kalap saat menerima gaji pertama. Godaan belanja, traktiran, sampai beli barang impian bisa membuat dompet bolong dalam sekejap.

Padahal, kebiasaan finansial sejak awal bekerja bisa menentukan kesehatan keuanganmu di masa depan, lho. Supaya kamu gak kebablasan, yuk simak tujuh tips finansial penting yang bisa kamu terapkan saat menerima gaji pertamamu!

1. Pahami perbedaan gaji kotor dan gaji bersih

ilustrasi gaji (vecteezy.com/Perawit Boonchu)
ilustrasi gaji (vecteezy.com/Perawit Boonchu)

Hal pertama yang perlu kamu pahami adalah bahwa gaji yang tertera di kontrak kerja bukanlah jumlah yang benar-benar akan masuk ke rekeningmu. Ada potongan pajak, BPJS, iuran pensiun, bahkan cicilan pinjaman jika ada. Inilah yang disebut sebagai gaji bersih atau net pay.

Menurut Jack Howard, Head of Money Wellness di Ally, kamu sebaiknya menghitung anggaran bulanan berdasarkan gaji bersih, bukan gaji kotor. Dari angka tersebut, kurangi semua pengeluaran tetap dan variabel, seperti biaya makan, transportasi, hingga biaya tak terduga seperti ngopi bareng teman. Jadi sebelum merasa punya uang lebih, pastikan semua kebutuhan pokok sudah ter-cover, ya!

2. Manfaatkan fasilitas dan benefit dari kantor

ilustrasi asuransi (pexels.com/Monstera Production)
ilustrasi asuransi (pexels.com/Monstera Production)

Banyak fresh graduate yang lupa atau bahkan gak sadar bahwa kantor mereka menyediakan berbagai fasilitas keuangan yang bisa sangat membantu. Mulai dari program pensiun, asuransi kesehatan, hingga akses ke perencana keuangan gratis.

Howard menyarankan agar kamu memanfaatkan benefit ini semaksimal mungkin. Misalnya, jika kantor menyediakan program tabungan pendidikan atau reimbursement pendidikan, kenapa gak dimanfaatkan? Ini bisa jadi salah satu cara untuk merencanakan masa depan sejak dini tanpa perlu keluar banyak biaya.

3. Sisihkan uang untuk diri sendiri lebih dulu

ilustrasi savings (pexels.com/Kaboompics.com)

Salah satu prinsip keuangan yang gak boleh kamu abaikan adalah “pay yourself first” alias bayar diri sendiri dulu. Maksudnya, sebelum menggunakan uang untuk keperluan lain, sisihkan minimal 10% hingga 20% gaji untuk tabungan atau investasi.

Menurut Howard, idealnya kamu mulai membangun dana darurat setara tiga hingga enam bulan pengeluaran. Kalau jumlahnya terasa besar, gak apa-apa mulai kecil dulu. Terpenting, bangun dulu kebiasaannya. Seiring waktu dan kenaikan gaji, kamu bisa meningkatkan jumlah tabunganmu.

4. Segera atur rencana pembayaran utang pendidikan

ilustrasi membuat anggaran
ilustrasi membuat anggaran

Buat kamu yang punya utang pendidikan, jangan tunda-tunda untuk mulai mencicilnya. Howard menekankan bahwa mengetahui total utang dan besaran cicilan per bulan sangat penting agar kamu gak kewalahan nanti.

Kalau bisa, usahakan membayar lebih dari cicilan minimum. Dengan cara ini, kamu bisa melunasi utang lebih cepat dan mengurangi beban bunga. Jangan sampai semangat awal bekerja malah terhambat gara-gara utang yang menumpuk.

5. Jangan remehkan kekuatan microsaving

ilustrasi saving (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi saving (pexels.com/cottonbro studio)

Banyak orang mengira bahwa menabung harus dalam jumlah besar supaya terasa manfaatnya. Padahal menurut Howard, konsep microsaving atau menabung dalam jumlah kecil tapi konsisten bisa memberikan hasil yang signifikan dalam jangka panjang, lho.

Kamu bisa mulai dengan menabung uang kembalian, bonus, uang ulang tahun, atau pendapatan tambahan dari side hustle. Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Hal paling penting, konsistensi tetap terjaga.

6. Otomatiskan pembayaran dan tabungan

ilustrasi bank (unsplash.com/Jonathan Cooper)
ilustrasi bank (unsplash.com/Jonathan Cooper)

Mengandalkan ingatan untuk membayar tagihan atau menabung setiap bulan bisa jadi bumerang. Howard merekomendasikan agar semua pembayaran rutin dan tabungan otomatis dilakukan lewat sistem perbankan. Dengan cara ini, kamu gak hanya menghindari denda keterlambatan, tapi juga menjaga skor kredit tetap sehat.

Otomatisasi juga membuatmu gak perlu tergoda menggunakan uang yang seharusnya sudah dialokasikan untuk kebutuhan penting. Jadi, uang tabungan dan pembayaran tagihan tetap berjalan lancar tanpa drama.

7. Waspadai lifestyle creep agar gak kebablasan

ilustrasi barang branded (pexels.com/Mathias Reding)

Salah satu jebakan finansial yang sering dialami anak muda setelah dapat gaji adalah lifestyle creep, yaitu kecenderungan meningkatkan gaya hidup seiring naiknya pendapatan. Misalnya, mulai sering nongkrong di kafe mahal, liburan mewah, atau beli barang branded hanya untuk ikut-ikutan tren.

Howard mengingatkan bahwa gaya hidup seperti ini bisa membuat keuanganmu berantakan, apalagi jika kamu sampai berutang demi tampil keren di media sosial. Menurut laporan Minds on Money dari Ally, hampir 40% Gen Z pernah berutang hanya demi menjaga penampilan di media sosial.

Supaya gak terjebak, kamu bisa mulai mengenali batas kemampuan dan mencari cara menikmati hidup tanpa mengorbankan kestabilan keuangan. Jangan memaksakan keadaan!

Gaji pertama memang selalu istimewa dan bisa bikin kamu ingin merayakan segalanya. Tapi ingat, cara kamu mengelola gaji pertama bisa menjadi fondasi keuangan di masa depan.

Dengan memahami perbedaan gaji bersih, memanfaatkan benefit kantor, membangun tabungan sejak dini, hingga menghindari gaya hidup konsumtif, kamu bisa memulai perjalanan finansial dengan langkah yang tepat. Yuk, mulai bijak dari sekarang agar gaji pertamamu bukan hanya sekadar perayaan sesaat, tapi juga investasi untuk kehidupan yang lebih stabil!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ananda Zaura
EditorAnanda Zaura
Follow Us