Kuasai 40 Persen Pasar Sawit Dunia, Indonesia Raup Rp600 Triliun

Pengembangan BBM campuran nabati terus didorong

Jakarta, IDN Times - Minyak kelapa sawit menjadi kontributor utama ekspor Indonesia dengan kontribusi sekitar 40 miliar dolar AS atau setara Rp600 triliun (asumsi kurs Rp15 ribu per dolar AS) pada 2022.

Chairman Sinar Mas Agribusiness & Food, Franky Oesman Widjaja, mengatakan capaian tersebut berasal dari karakteristik kelapa sawit sebagai minyak nabati paling produktif yang mampu menghasilkan lima hingga 10 kali lebih banyak per hektar perkebunan, dibandingkan dengan lainnya.

"Hanya dengan luasan delapan persen dari total lahan yang digunakan untuk memproduksi minyak nabati, dapat memasok 40 persen dari kebutuhan dunia saat ini," kata Franky dalam Indonesia Sustainability Forum (ISF) di Park Hyatt Jakarta, Kamis (7/9/2023).

1. Optimis minyak kelapa sawit bisa untuk bahan bakar pesawat

Kuasai 40 Persen Pasar Sawit Dunia, Indonesia Raup Rp600 TriliunLayanan pengisian bahan bakar Avtur oleh Pertamina di Bandara Internasional Kualanamu, Deli Serdang, Sumut, Awal November 2022. Kini Pertamina tengah mengembangkan BioAvtur J2.4 atau bahan bakar pesawat terbang berbasis kelapa sawit. (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Indonesia sendiri telah melalui program B35, yakni kebijakan campuran 35 persen minyak sawit dan 65 persen solar dengan target penyaluran hingga 13,15 juta kiloliter biodiesel di tahun ini.

Franky meyakini Indonesia mampu melakukan pengembangan lebih jauh terhadap bahan bakar nabati berbasis minyak kelapa sawit, yakni sebagai bahan bakar pesawat, tentunya dengan tetap memperhatikan kebutuhan komoditas yang sama untuk pasokan industri lainnya, terutama pangan.

"Kita dapat melakukan hal yang sama di angkasa, seperti yang telah kita buktikan dengan sukses di daratan," ujarnya.

Kata dia, Indonesia potensi besar dalam menangani dampak perubahan iklim, melalui pemanfaatan keunggulan sumber daya alam yang dimiliki.

"Seperti minyak kelapa sawit dan banyak sumber daya alam lainnya, yang dapat dan mesti memainkan peran penting bagi masa depan Indonesia yang rendah karbon," ujarnya.

Baca Juga: Menhub: Indonesia Bisa Jadi Produsen Global Avtur dari Kelapa Sawit

2. Pertamina dorong pengembangan energi berbasis kelapa sawit

Kuasai 40 Persen Pasar Sawit Dunia, Indonesia Raup Rp600 TriliunIlustrasi mengisi BBM. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati, memaparkan strategi perusahaan yang paling utama adalah energi yang berkelanjutan (sustainable energy). Artinya, semua material dan bahan bakunya dimiliki oleh Indonesia.

"Jadi, kami bukan hanya sekedar bicara green (energy) saja, tapi ini harus sustainable. Suplainya harus ada terus menerus, dan kami kemudian memiliki kemampuan untuk mengolahnya menjadi energi yang lebih baik yang disebut low carbon energy," tuturnya.

Dalam beberapa tahun terakhir, Pertamina begitu mendorong program biodiesel hingga sekarang mencapai B35, berbasis kelapa sawit. Hal itu sejalan dengan Indonesia sebagai salah satu negara penghasil kelapa sawit terbesar.

"Jadi, kami meyakini biodiesel adalah salah satu sustainable energy yang memang sangat cocok untuk Indonesia karena bisa menciptakan lapangan pekerjaan, mulai dari perkebunan, diproses di pabriknya maupun tingkat distribusi," tutur Nicke.

3. Indonesia bakal uji coba bioavtur untuk penerbangan komersial

Kuasai 40 Persen Pasar Sawit Dunia, Indonesia Raup Rp600 TriliunLayanan pengisian bahan bakar Avtur oleh Pertamina di Bandara Internasional Kualanamu, Deli Serdang, Sumut, Akhir Oktober 2022. Kini Pertamina tengah mengembangkan BioAvtur J2.4 atau bahan bakar pesawat terbang berbasis kelapa sawit. (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji, mengatakan Indonesia sudah memulai program pengembangan bahan bakar nabati (BBN) pada 2008 dengan menerapkan pencampuran 2,5 persen minyak nabati pada bahan bakar diesel. Sejak saat itu, tingkat pencampuran secara bertahap meningkat.

Selain itu, pemerintah dan para pemangku kepentingan telah berhasil melakukan uji coba penerbangan menggunakan bahan bakar bioavtur J2,4 yang mengandung nabati 2,4 persen.

"Keberhasilan ini meningkatkan kepercayaan diri dan semangat kami untuk mendorong komersialisasi bioavtur. Uji coba penerbangan akan dilakukan pada pesawat komersial Boeing 737-800 dengan menggunakan bahan bakar J2,4," tutur Tutuka.

Keberhasilan program BBN di Indonesia, tambah dia, didukung oleh kecukupan stok, ketersediaan insentif, standar kualitas yang tinggi, uji coba yang komprehensif sebelum implementasi, pemantauan dan evaluasi berkala, serta sosialisasi yang masif untuk memastikan penerimaan para pemangku kepentingan.

Baca Juga: Jokowi Ajak Malaysia Lawan Diskriminasi Komoditas Kelapa Sawit

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya