Pembangunan SDM Kunci agar RI Keluar dari Middle Income Country

Perguruan tinggi perlu tingkatkan skill mahasiswa

Jakarta, IDN Times - Pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang unggul, kompetitif, inovatif dan kreatif merupakan kunci dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Plt Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi, (Kemendikbudristek) Profesor Nizam menyampaikan membangun kedaulatan teknologi melalui inovasi merupakan langkah konkret yang dapat dilakukan untuk mencapai target visi Indonesia maju.

"Karena tidak mungkin bisa keluar dari middle income country tanpa transfer menjadi knowledge base economy," jelas Profesor Nizam dalam diskusi Pemikiran Bulaksumur yang diselenggarakan Universitas Gajah Mada, dikutip, Jumat (2/2/2024).

Baca Juga: Menparekraf: IKN Menjadi Komponen Menuju Indonesia Emas 2045

1. Sektor industri belum berkembang

Pembangunan SDM Kunci agar RI Keluar dari Middle Income Countryilustrasi gulungan tekstil (pexels.com/Pixabay)

Ia menjelaskan sejak 23 tahun lalu sejumlah pihak sudah membicarakan mengenai knowledge base economy, sayangnya hingga saat ini sektor industri belum berkembang.

Dalam catatannya, 95 persen sektor industri Tanah Air masih berbasis lisensi, kemudian industri otomotif yang telah berada di Indonesia sejak puluhan tahun lalu tapi nyatanya hingga saat ini (Indonesia) hanya menjalankan sisi perakitan atau assembly. 

"Industri obat-obatan 100 persen bahannya impor. Alat kesehatan 90 persen impor, demikian pula yang paling basic berkaitan pangan kita masih bergantung impor. Ini jadi tantangan besar di depan mata bagi dunia perguruan tinggi," tegasnya.

Menurutny berbagai tantangan ini harus ditransformasikan menjadi peluang dengan menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan membangun inovasi untuk memajukan Indonesia.

2. Tantangan yang dihadapi Indonesia berkaitan kualitas perguruan tinggi

Pembangunan SDM Kunci agar RI Keluar dari Middle Income CountryDiskusi UGM, Tantangan dan Peluang Hilirisasi Hasil R&D Lembaga Riset di Era Digital. (YouTube.com/Universitas Gadjah Mada)

Saat ini, Indonesia memiliki lebih dari 4 ribu perguruan tinggi dengan hampir 10 juta mahasiswa. Bahkan saat ini hampir di semua kabupaten kota ada perguruan tinggi.

"Ini melimpah aksesnya. Bahkan pendidikan tinggi di Papua angka partisipasi kasar (APK) lebih banyak daripada di Jawa. Jadi tidak benar bahwa disparitas Jawa dan Luar Jawa terjadi seolah-olah di Jawa lebih mudah, dari sisi akses itu sifatnya universal," ucap Nizam.

Kendati begitu, tantangan yang masih dihadapi saat ini berkaitan dengan kualitas, mutu dan relevansi. Lantaran dunia sudah berubah dengan cepat atau sering disebut dengan VUCA yakni (Volatility, Uncertainty, Complexity, and Ambiguity).

"Dengan ketidakpastian jadi tantangan bagi dunia perguruan tinggi saat menyiapkan SDM yakni bagaimana kita meningkatkan skill, kompetensi yang akan dibutuhkan lima tahun kedepan," ucapnya.

Baca Juga: Ganjar Pranowo Ingatkan Investasi SDM Demi Indonesia Unggul

3. Perguruan tinggi perlu bekali mahasiswa dengan berbagai keahlian

Pembangunan SDM Kunci agar RI Keluar dari Middle Income CountryDiskusi UGM, Tantangan dan Peluang Hilirisasi Hasil R&D Lembaga Riset di Era Digital. (YouTube.com/Universitas Gadjah Mada)

Menurutnya berdasarkan studi Mc-Kinsey dalam 10 tahun kedepan sebanyak 23 juta lapangan pekerjaan akan hilang digantikan oleh otomasi dan robotik serta artificial intelligence (AI). Namun akan ada peluang lahirnya pekerjaan baru sebanyak 2 kali lipat dari pekerjaan yang hilang.

"Tapi banyak dari pekerjaan itu yang hari ini belum ada dan itu tantangan bagi perguruan tinggi bagaimana menyiapkan talenta, masa depan dengan dunia yang belum kita ketahui, Bahkan dunia kerja pun terdisrupsi dengan sangat dahsyat oleh kemajuan teknologi ini, sehingga harus berani keluar dari prescriptive learning menuju yang fleksible tapi meaning full," tegasnya.

Dengan demikian, ia mengajak perguruan tinggi untuk membekali kompetisi bagi mahasiswa dengan kompetisi yang mungkin tidak pernah disiapkan di kampus.

"Inilah spirit dari kampus merdeka, kami berikan ruang bagi mahasiswa untuk merajut masa depannya untuk melalui pembelajaran yang in komperhensif tidak hanya di dalam kampus tapi juga bisa belajar dari kampus kehidupan," tegasnya. 

Baca Juga: Respons Jokowi Dapat Petisi Bulaksumur Kembali ke Jalur Demokrasi

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya