RI Sumbang 4,34 Juta Ton Emisi CO2 dari Produksi Migas 2021

Produksi migas sumbang emisi CO2 yang tinggi

Jakarta, IDN Times - Bank Dunia menyatakan Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat pembakaran gas suar (gas flare) tertinggi. Pembakaran gas suar merupakan bagian dari kegiatan eksplorasi dan eksploitasi di industri hulu migas.

Praktik pembakaran gas suar menghasilkan emisi yang besar. Pada 2021, Indonesia membakar gas dari pengolahan migas sebanyak 1,67 miliar kubikmeter gas suar yang menghasilkan emisi 4,34 juta ton CO2 ekuivalen.

1. Pembakaran gas suar punya banyak potensi

RI Sumbang 4,34 Juta Ton Emisi CO2 dari Produksi Migas 2021Ilustrasi industri hulu migas. (IDN Times/Fauzan)

Pembakaran gas suar yang tidak dimanfaatkan maksimal akan memberikan dampak lingkungan lebih besar. Melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 30 tahun 2021 dan Nomo 12 tahun 2021 tentang Pelaksanaan Pengelolaan Gas Suar Pada Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, pemerintah merencanakan pengelolaan dan pemanfaatan gas suar yang lebih ramah lingkungan untuk menjadi produk-produk bernilai ekonomis.

Dengan adanya kebijakan tersebut, Satuan Kerja Khusus (SKK) Migas berupaya mewujudkan lingkungan kegiatan migas tanpa gas suar melalui kerja sama antara Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dan pihak swasta yang mempunyai teknologi pemanfaatan gas suar.

Baca Juga: PGN Jaga Penyaluran Gas Bumi Sesuai Ketetapan Pemerintah

2. Implementasi teknologi pengurangan emisi gas suar

RI Sumbang 4,34 Juta Ton Emisi CO2 dari Produksi Migas 2021Teknologi pengurangan emisi gas suar. (dok. ARTekhno)

Beberapa KKKS telah berhasil melakukan pengurangan emisi gas suar pada area operasi mereka seperti Pertamina Hulu Rokan dan Petrochina International Jabung. KKKS tersebut bekerja sama dengan PT Alpha Rizki Teknologi (ARTekhno) sebagai penyedia teknologi pengurangan emisi gas suar.

Perusahaan tersebut berfokus pada energi bersih dan terbarukan untuk mempercepat pencapaian target nasional Net Zero Emission (NZE) Indonesia pada 2060 dengan teknologi pemanfaatan gas suar.

3. Gas hasil pembakaran bisa disulap bermanfaat

RI Sumbang 4,34 Juta Ton Emisi CO2 dari Produksi Migas 2021Teknologi pengurangan emisi gas suar. (dok. ARTekhno)

Direktur ARTekhno, Daymas Arangga Radiandra, mengatakan pihaknya telah mengurangi ukuran dan kompleksitas pengolahan gas suar dengan mendekatkan pada sumber gas di industri migas.

Dengan kapasitas penanganan terendah hingga 0,4 MMSCFD, akan lebih besar membuka peluang pemanfaatan gas yang tidak bermanfaat menjadi LNG (liquefied natural gas) yang layak.

"ARTekhno merancang LNG berskala mikro berbasis skid-mount yang membuatnya menjadi lebih mudah dipasang, dan dipindah-pindah tempat sesuai dengan kebutuhan," kata Daymas dikutip dari keterangan resmi, Jumat (6/10/2023).

Daymas menjelaskan ada tiga prinsip pengoperasian yang dilakukan oleh ARTekhno dalam menghasilkan LNG dari gas suar. Pertama, pra-perawatan gas dengan menghilangkan kotoran dari umpan seperti air, karbon dioksida, senyawa belerang, dan hidrokarbon yang berat.

Kedua, tahap pendinginan dan pencairan yang dilakukan dengan mendinginkan gas alam dengan menggunakan siklus pendingin campuran, lalu masuk ke penukar panas cryogenic untuk selanjutnya didinginkan hingga menjadi cair.

Ketiga, LNG yang dihasilkan disimpan ke dalam tangki penyimpanan dengan menjaga suhu tetap rendah untuk selanjutnya dimuat ke dalam tangki truk atau kapal.

Untuk memanfaatkan gas suar menjadi ramah lingkungan, ARTekhno bekerja sama dengan Pertamina Hulu Rokan (PHR) dan PetroChina Jabung International Limited (PCJL).

Baca Juga: PGN Jaga Penyaluran Gas Bumi di Sumbagsel Sesuai Ketetapan Pemerintah

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya