Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
PHOTO-2025-09-10-10-25-47.jpeg
Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo dalam acara Digital Resilience Summit 2025, di kantor Perum Peruri, Jakarta, Rabu (10/9/2025). (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Intinya sih...

  • Ekonomi digital Indonesia yang memiliki potensi besar harus menghadapi berbagai tantangan mulai dari serangan siber hingga disrupsi AI.

  • Untuk menghadapi tantangan ekonomi digital, perlu kolaborasi semua pihak baik pemerintah, swasta, hingga pakar teknologi.

  • Digital Resilience Summit digelar untuk mengumpulkan para pemimpin industri, pembuat kebijakan, dan pakar teknologi guna membahas isu-isu paling penting terkait Cyber Security, AI, Quantum Computing, dan Privasi Data.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kartika Wirjoatmodjo alias Tiko membeberkan besarnya potensi ekonomi digital di Indonesia. Dia mengatakan, Indonesia adalah salah satu komunitas digital terbesar di dunia, dengan nilai ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara.

"Ini menjadikan kita salah satu komunitas digital terbesar di dunia. Nilai ekonomi digital Indonesia bahkan diperkenalkan mencapai 109 miliar dolar AS pada 2025, terbesar di Asia Tenggara," kata Tiko dalam acara Digital Resilience Summit 2025 di kantor Perum Peruri, Jakarta, Rabu (10/9/2025).

Namun, untuk memanfaatkan potensi besar itu, ada banyak tantangan yang harus dihadapi.

1. Serangan siber hingga disrupsi AI jadi tantangan

Digital Resilience Summit 2025, di kantor Perum Peruri, Jakarta, Rabu (10/9/2025). (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Tiko mengatakan, ada ancaman serangan siber yang kian masif, bahkan menargetkan seluruh sektor strategis, seperti perbankan, kesehatan, energi, hingga pemerintahan. Dia menyebut, ancaman tersebut dapat mengganggu situs lembaga dan perusahaan yang berpotensi menimbulkan risiko reputasi dan risiko keuangan.

Tiko menyontohkan, setiap harinya aplikasi Himpunan Bank-Bank Negara (Himbara) menghadapi ratusan ribu percobaan serangan siber. Aplikasi yang dimaksud seperti Livin by Mandiri, BRImo, dan Byond by BSI.

"Itu semua setiap hari serangannya mungkin sampai ratusan ribu percobaan," ujar Tiko.

Kemudian, dengan adanya artificial intelligence atau akal imitasi (AI), banyak pekerjaan bakal musnah. Misalnya, pekerjaan konsultan yang biasa berperan dalam membantu penyusunan proposal bisnis, kebijakan pemerintah, dan sebagainya.

"Jadi bisnis konsultan bisa hilang gara-gara ChatGPT. Bisa dicoba tuh, proposal bisnis, proposal bahkan membuat kebijakan pemerintah. Mungkin ke depan nyusun Perpres pun bisa nanya ChatGPT juga," tutur Tiko.

2. Harus siap ghadapi tantangan dalam transformasi digital

Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Banyaknya tantangan itu, menurutnya, harus dihadapi dengan kesiapan ekosistem dan infrastruktur. Dalam mempersiapkannya, dibutuhkan kolaborasi. Oleh sebab itu, Digital Resilience Summit digelar karena tujuannya mengumpulkan para pemimpin industri, pembuat kebijakan, dan pakar teknologi guna membahas isu-isu paling penting terkait Cyber Security, AI, Quantum Computing, dan Privasi Data.

Tiko mengapresiasi acara yang tidak hanya bicara soal teknologi, melainkan tentang masa depan kelebihan bangsa di era digital.

"Kita sepakat membangun ekosistem digital dan infrastrukturnya bersama-sama. Jadi kita harus lebih siap dari serangan yang terjadi di masa depan," ucap Tiko.

3. Ketahanan digital bakal tingkatkan daya saing Indonesia di kancah global

Digital Resilience Summit 2025, di kantor Perum Peruri, Jakarta, Rabu (10/9/2025). (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Direktur Utama Peruri, Dwina Septiani Wijaya mengatakan, Digital Resilience Summit 2025 adalah platform strategis untuk memposisikan Peruri sebagai pemimpin dalam ekosistem teknologi dan keamanan siber Indonesia serta sebagai pionir dalam transformasi digital yang lebih aman dan efisien.

"Era disrupsi digital yang kompleks dan penuh risiko ini menuntut pendekatan strategis serta kolaboratif lintas sektor untuk memperkuat ketahanan digital nasional," ujar Dwina.

Dalam kesempatan yang sama, CEO PT Xynexis International, Eva Noor mengatakan Xynesis bersama PERURI memandang ketahanan digital Indonesia menjadi fokus utama dalam meningkatkan nilai kompetitif digital Indonesia di kancah global.

"Tujuan utama kita berkumpul dua hari ini semoga bisa jadi satu forum sehingga pemerintah, akademisi, industri, komunitas, bisa saling berbagi dan berdiskusi untuk mencari solusinya supaya Indonesia ini bisa punya ketahanan digital," kata Eva.

Editorial Team