Bursa Efek Indonesia (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)
Warren Buffett menilai sebuah perusahaan berdasarkan kekuatan bisnisnya, bukan hanya fluktuasi harga saham. Dia memiliki cara sederhana untuk menguji apakah penurunan harga saham mencerminkan perubahan nyata dalam bisnis.
Apakah lebih sedikit orang akan membeli suatu produk jika harga sahamnya anjlok? Apakah pelanggan akan berhenti menggunakan jasa suatu perusahaan karena harga sahamnya jatuh? Jika jawabannya tidak, maka penurunan harga saham hanyalah reaksi pasar, bukan cerminan dari nilai sebenarnya.
Pendekatan tersebut terlihat dalam investasinya di The Washington Post pada tahun 1973. Saat itu, pasar sedang melemah, dan Buffett membeli saham perusahaan tersebut dengan harga hanya 25 persen dari nilai intrinsiknya.
Meskipun harga sahamnya sempat turun lebih jauh, Buffett tetap bertahan karena yakin pada kekuatan bisnisnya. Hasilnya, investasinya sebesar 10,6 juta dolar AS tumbuh menjadi lebih dari 200 juta dolar AS pada 1985, dengan keuntungan hampir 1.900 persen.
Hal itu menunjukkan bahwa kepanikan pasar sering kali membuat bisnis berkualitas dinilai lebih rendah dari seharusnya, menciptakan peluang bagi investor yang sabar.