World Economic Forum: Pertanian dan IT Bisa Pulihkan Ekonomi India

Jakarta, IDN Times - Pakar ekonomi dunia menyampaikan pandangannya terhadap peluang perekonomian India di tengah pandemik. Dalam World Economic Forum, Kamis, 16 Juli 2020 lalu, para pakar menyebut bidang-bidang yang bisa menjadi kunci dari perekonomian negara tersebut, termasuk IT dan agraria.
European Bank for Reconstruction and Development (EBRD), Beata Javorcik, mengatakan penggunaan IT menjadi salah satu kekuatan India. Hal itu sudah sejak masa-masa sebelum pandemik COVID-19 menerpa. Beata meyakini aspek ini juga dapat membantu kembali memperkuat ekonomi di India saat ini.
"Banyak perusahaan yang mengandalkan sistem IT mereka," kata Beata yang menjadi panelis dalam WEF secara daring lewat aplikasi Zoom pada Kamis, (16/7/2020). "Saya rasa diperlukan tambahan investasi di bidang IT. Baik di IT service, software, dan saya rasa itu akan baik untuk India," sambung dia
Hal ini disampaikan para para pakar ekonomi dunia dalam World Economic Forum yang berlangsung secara daring lewat aplikasi Zoom pada Kamis, 16 Juli 2020 lal. Turut hadir sebagai panelis, Chief Economist UBS, Paul Donovan; Euroean Bank for Reconstruction and Development (EBRD), Beata Javorcik; Chief Economist JD.com, Jianguang Shen; Chief Economist Allianz, Ludovic Subran, dan Managing Editor World Economic Forum, Saadia Zahidi.
1. Pertanian bisa menjadi kunci dari perekonomian India

Di sisi lain, Chief Economist UBS, Paul Donan, mengatakan pertanian bisa menjadi salah satu opsi pilihan India. Bidang pertanian di India menurut Paul memberikan dasar kuat bagi perekonomian negara ini. Meski dalam struktural sendiri masih ditemukan hambatan di bidang ini.
"Pertanian tetap menjadi bagian penting dari sektor perekonomian India. Sektor ini adalah sektor terbesar," kata Paul dalam paparannya.
2. Pemulihan ekonomi India lambat, bagaimana menghindari depresiasi Rupee?

Sementara itu Chief Economist Allianz, Ludovic Subran, menyebut India menjalani pemulihan yang terbilang lambat di tengah pandemik, termasuk dalam aspek ekonomi.
"Menurut saya, ini akan menjadi 18 bulan yang sulit untuk India. Sama seperti Brazil, Israel, Afrika Selatan," kata Ludovic.
"Pertanyaan besarnya adalah bagaimana menghindari depresiasi rupee," sambung Ludovic. Dia mengatakan bank India tengah melakukan segala daya upaya untuk merangsang ekonomi.
3. India negara dengan jumlah kasus terparah ketiga di dunia telah terapkan lockdown total

Total infeksi di India per 17 Juli tersebut sudah mencapai satu juta. Kementerian Kesehatan juga melaporkan sebanyak lebih dari 25.000 orang meninggal dunia akibat terpapar virus corona. Angka kasus yang tinggi ini tidak lepas dari lonjakan penambahan kasus yang sangat signifikan.
Menurut pantauan India Today, hanya kurang dari tiga minggu, kasus COVID-19 di India melonjak dari setengah juta menjadi satu juta. Sementara, di awal pandemik, butuh waktu empat bulan bagi India untuk mencatat terjadi 500 ribu kasus positif COVID-19 pertama.
India masih masuk ke dalam tiga besar negara yang memiliki penyebaran pandemik terbesar di dunia, setelah Amerika Serikat dengan 3,5 juta kasus dan Brasil dengan 2 juta kasus. Padahal pemerintah India memberlakukan lockdown total yang juga melumpuhkan perekonomian mereka.