Pengangguran Siklis: Pengertian, Penyebab hingga Cara Mengatasinya

Berhubungan erat dengan kondisi ekonomi negara

Pengangguran siklis adalah salah satu jenis pengangguran dalam ilmu ekonomi selain pengangguran struktural, friksional, musiman, hingga pengangguran terselubung. Pengangguran siklis memiliki ciri dan karakter tersendiri karena berkaitan erat dengan kondisi perekonomian suatu negara.

Bahkan, jumlah pengangguran siklis di Indonesia belum lama ini terpantau meningkat tajam. Apa penyebabnya? Seperti apa contoh dan bagaimana cara mengatasi pengangguran siklis? Cari tahu penjelasannya di bawah ini.

1. Pengertian pengangguran siklis

Pengangguran Siklis: Pengertian, Penyebab hingga Cara Mengatasinyailustrasi. Para karyawan yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja di Sukoharjo, Jawa Tengah, pada 2019. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha

Pengangguran siklis adalah jenis pengangguran yang muncul karena terjadi perubahan siklus ekonomi suatu negara. Pengangguran siklis atau disebut juga pengangguran konjungtur ini umumnya disebabkan oleh kondisi perekonomian negara yang sedang turun, resesi atau kontraktif.

Mungkin istilah resesi ekonomi sudah tidak asing didengar. Resesi ekonomi adalah kondisi ketika jumlah permintaan terhadap produk suatu perusahaan cenderung menurun, sehingga pendapatan ikut menurun.

Solusinya, perusahaan akan memotong faktor biaya seperti gaji dan melakukan PHK karyawan untuk mengontrol resesi. Nah, karyawan yang terkena PHK inilah yang disebut pengangguran siklis.

Sebenarnya naik dan turunnya perekonomian negara itu sangat wajar. Namun, jika penurunannya dibiarkan terus menerus tanpa ada upaya dari pemerintah, maka bisa menyebabkan resesi dan berujung pada depresi ekonomi.

2. Penyebab pengangguran siklis

Pengangguran Siklis: Pengertian, Penyebab hingga Cara MengatasinyaIlustrasi karyawan (ANTARA FOTO)

Penyebab pengangguran siklis utamanya adalah karena penurunan daya beli masyarakat dan perusahaan. Penurunan daya beli tersebut disebabkan oleh tingkat inflasi yang meningkat pada suatu negara.

Akibatnya, banyak masyarakat yang terpaksa menekan jumlah belanja dan hanya membeli kebutuhan yang penting-penting saja. Hal itu berakibat pada jumlah permintaan barang kepada perusahaan pun akan menurun.

Dengan begitu, pendapatan perusahaan pun ikut menurun. Di satu sisi, kenaikan harga barang akibat inflasi bisa membuat para karyawan akan meminta kenaikan gaji.

Pada kondisi seperti itu, biasanya perusahaan akan melakukan beberapa cara, seperti memotong jumlah produksi atau mengurangi jumlah tenaga kerja. Alhasil, banyak karyawan yang terpaksa di-PHK oleh perusahaan.

Namun, perusahaan biasanya akan menunggu dan melihat kondisi ekonomi makro dulu sebelum memutuskan untuk melakukan PHK karyawan. Tujuannya agar perusahaan bisa memperkirakan apakah resesi yang terjadi akan sangat parah atau tidak.

Baca Juga: Pengangguran Musiman: Pengertian, Contoh, dan Cara Mengatasinya

3. Contoh pengangguran siklis

Pengangguran Siklis: Pengertian, Penyebab hingga Cara MengatasinyaIlustrasi tenaga kerja terdampak wabah COVID-19. (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)

Dalam memahami pengangguran siklis, belum afdol kalau belum mengetahui contoh dari pengangguran ini. Ada dua kondisi yang bisa dijadikan contoh, yaitu:

1. Amerika Serikat

Pengangguran siklis di Amerika Serikat pernah meningkat jumlahnya saat negara adidaya tersebut mengalami krisis tahun 1929. Saat itu, tingkat pengangguran naik dari 3,2% pada 1929 menjadi 8,7% pada 1930. Bahkan, pada 1933 tingkat pengangguran di Amerika Serikat menjadi 24,9%.

Amerika Serikat kembali mengalami lonjakan pengangguran pada 2008-2009 dan 2020. Penyebabnya karena krisis finansial dan resesi karena pandemi COVID-19 pada tahun 2020 yang juga melanda seluruh dunia.

Saat krisis finansial, pengangguran di AS meningkat dari 5% menjadi 9,9% pada 2009. Sedangkan saat pandemi, pengangguran naik dari 3,6% menjadi 14,7% pada April 2020.

2. Indonesia

Lonjakan jumlah pengangguran siklis di Indonesia setidaknya terjadi sebanyak dua kali. Pertama, pada krisis moneter tahun 1998. Tingkat pengangguran saat itu meningkat dari 4,69% pada 1997 menjadi 6,36% pada 1999.

Sedangkan lonjakan pengangguran kembali terjadi saat COVID-19 melanda Indonesia. Angka pengangguran meningkat dari 5,23% pada Agustus 2019 menjadi 7,07% pada Agustus 2020.

Kondisi resesi ekonomi ini dinilai beberapa pihak masih terjadi di Indonesia pada tahun 2023. Dibuktikan dengan sejumlah perusahaan yang melakukan PHK terhadap banyak karyawannya. Mulai dari GoTo, Ruangguru, Shopee, JD.ID, hingga SiCepat.

Baca Juga: 26 Perusahaan yang PHK Massal, Bangkrut dan Tutup Layanan Tahun 2022

4. Cara mengatasi pengangguran siklis

Pengangguran Siklis: Pengertian, Penyebab hingga Cara Mengatasinyailustrasi kebijakan fiskal (Pexels/Sora Shimazaki)

Cara mengatasi pengangguran siklis bisa dilakukan oleh pemerintah dengan menerapkan beberapa langkah kebijakan. Pertama, pemerintah dapat menerapkan kebijakan ekonomi ekspansif dengan menurunkan suku bunga acuan dan meringankan pembayaran kredit. Tujuannya agar perusahaan bisa mendapatkan cash flow tambahan.

Kedua, jika kebijakan moneter itu tidak cukup, maka pemerintah bisa memberlakukan kebijakan fiskal ekspansif. Mulai dari memberi bantuan langsung tunai, memperbanyak program kerja padat karya, hingga diskon pajak.

Namun, kebijakan fiskal akan lebih lambat diterapkan. Sebab pemerintah harus mengajukan RAPBN kepada DPR terlebih dulu.

Demikianlah pengertian pengangguran siklis, penyebab, contoh, dan cara mengatasinya. Bagaimana pun, tidak ada yang mau terkena gelombang PHK karyawan dan terpaksa menjadi pengangguran siklis. Oleh sebab itu, kita perlu berharap kepada pemerintah agar bisa mengatasi resesi ekonomi, khususnya di Indonesia.

Baca Juga: Pengangguran Terselubung: Pengertian, Penyebab, dan Contohnya

Topik:

  • Yogama Wisnu Oktyandito
  • Yunisda Dwi Saputri
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya