6 Waktu Terbaik untuk Membeli Bitcoin dan Peluang di Masa Depan

- Fase awal (2009–2010)Bitcoin hanya dikenal oleh segelintir pengembang dan komunitas teknologi kecil, dengan nilai yang nyaris tak diperhitungkan. Namun, fase ini menawarkan peluang keuntungan asimetris dengan risiko minim.
- Post-First Bubble Crash (2011–2012)Setelah mengalami koreksi tajam, periode ini menjadi pintu masuk emas bagi investor yang berani mengambil langkah saat pasar penuh ketakutan. Harga bitcoin melonjak hingga menyentuh 1.200 dolar AS pada November 2013.
- Crypto Winter usai Mt. Gox (2014–2016)Kebangkrutan bursa Mt. Gox pada 2014 membuat harga bitcoin anjlok drastis, namun di masa penu
Bitcoin dikenal sebagai aset digital dengan potensi keuntungan besar, namun waktu pembelian sangat menentukan hasil investasi. Dalam banyak kasus, peluang terbaik justru muncul saat pasar dilanda ketidakpastian dan harga berada di titik terendah.
Menurut Utkarsh Ahuja, Managing Partner di Moon Pursuit Capital, peluang emas membeli bitcoin sering hadir saat likuiditas global meningkat dan bank sentral beralih dari pengetatan menuju pelonggaran kebijakan. Jika kamu sedang menimbang langkah selanjutnya di pasar kripto, memahami pola historis ini bisa menjadi keunggulan tersendiri. Tak heran, tokoh keuangan terkenal Robert Kiyosaki bahkan menyebut bitcoin sebagai peluang terbesar bagi investor modern.
Sejak pertama kali diluncurkan, bitcoin telah melalui berbagai fase naik-turun yang menghadirkan momen emas untuk membeli. Beberapa periode tercatat sebagai waktu terbaik untuk berinvestasi, sekaligus memberi gambaran peluang menarik di masa depan.
Berikut ulasan lengkapnya sebagaimana dilansir GOBankingRates.
1. Fase awal (2009–2010)

Di masa perintisan, bitcoin hanya dikenal oleh segelintir pengembang dan komunitas teknologi kecil, dengan nilai yang nyaris tak diperhitungkan, mulai dari 0,001 dolar AS hingga 0,40 dolar AS per koin. Saat itu, bitcoin masih dianggap eksperimen digital yang belum memiliki pasar luas maupun regulasi yang jelas.
Namun menurut Ahuja, fase awal ini justru menawarkan peluang keuntungan asimetris dengan risiko yang sangat minim. Mereka yang berani melihat potensi teknologi blockchain sejak dini mampu meraih keuntungan luar biasa, hingga 300.000 persen, ketika harga bitcoin meroket ke 1.200 dolar AS pada 2013.
Perjalanan ini menjadi bukti nyata adopsi awal terhadap aset kripto bisa mendatangkan hasil berlipat ganda bagi investor visioner.
2. Post-First Bubble Crash (2011–2012)

Setelah sempat menembus harga 30 dolar AS pada 2011, bitcoin mengalami koreksi tajam akibat peretasan bursa kripto serta hilangnya kepercayaan publik. Banyak media arus utama memberitakan bitcoin dengan nada negatif, menggambarkannya sebagai aset berisiko tinggi yang tidak layak untuk investasi.
Minat masyarakat pun menurun drastis, dan hanya segelintir komunitas kripto yang masih aktif mempercayai potensinya. Namun, bagi investor yang berani mengambil langkah saat pasar penuh ketakutan, periode ini justru menjadi pintu masuk emas. Hasilnya terbukti ketika harga bitcoin melonjak hingga menyentuh 1.200 dolar AS pada November 2013, menghadirkan keuntungan berlipat ganda bagi mereka yang sabar menunggu.
3. Crypto Winter usai Mt. Gox (2014–2016)

Kebangkrutan bursa Mt. Gox pada 2014 menjadi pukulan besar bagi ekosistem kripto, membuat harga bitcoin anjlok dari sekitar 1.200 dolar AS hingga turun drastis ke level 170 dolar AS pada awal 2015. Peristiwa ini mengguncang kepercayaan investor global dan memicu periode yang dikenal sebagai crypto winter, di mana pasar kripto hampir tidak mendapat perhatian publik maupun media.
Selama lebih dari dua tahun, harga bergerak lesu, aktivitas perdagangan rendah, dan banyak proyek kripto lain ikut mati suri. Namun, justru di masa penuh keraguan inilah para investor sabar yang terus mengoleksi bitcoin mendapatkan keuntungan besar. Kesabaran mereka terbayar mahal saat harga bitcoin kembali bangkit dan mencetak rekor baru di akhir 2017, menembus hampir 20 ribu dolarbAS untuk pertama kalinya.
4. Setelah hype 2017 (2018–2019)

Puncak harga bitcoin yang mencapai 20 ribu dolar AS pada akhir 2017 akhirnya runtuh memasuki crypto winter pada 2018. Dalam periode ini, harga anjlok tajam hingga menyentuh 3.200 dolar AS pada Desember 2018. Sentimen publik memburuk drastis, banyak investor merugi, sementara ribuan proyek ICO yang sempat digadang-gadang sebagai masa depan kripto justru gagal total.
Media pun lebih banyak menyoroti sisi negatif industri kripto, membuat kepercayaan pasar semakin tertekan hingga awal 2019. Namun, di balik kondisi penuh pesimisme tersebut, momen ini justru menjadi kesempatan emas bagi investor yang berani masuk kembali.
Terbukti, hanya dalam beberapa bulan, bitcoin berhasil bangkit dan melonjak hingga 13 Ribu dolar AS pada pertengahan 2019, memberikan keuntungan signifikan bagi mereka yang membeli saat pasar berada di titik terendah.
5. Jatuh saat pandemik COVID-19 (Maret 2020)

Kepanikan global akibat pandemik COVID-19 pada Maret 2020 membuat harga bitcoin merosot tajam hingga di bawah 4.000 dolar AS, kehilangan hampir setengah nilainya hanya dalam dua hari.
Banyak investor panik menjual asetnya, menganggap kripto tidak mampu bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi dunia. Namun, kebijakan stimulus besar-besaran dari bank sentral dan pemerintah di berbagai negara justru menjadi titik balik. Likuiditas yang melimpah mendorong minat baru terhadap aset alternatif, termasuk bitcoin.
Dalam waktu singkat, kapitalisasi pasar kripto melonjak, dan bitcoin memimpin reli dengan mencatatkan kenaikan spektakuler lebih dari 1.300 persen hanya dalam 20 bulan. Puncaknya, pada November 2021, harga bitcoin berhasil menembus rekor tertinggi sepanjang masa di sekitar 68 ribu dolar AS, menegaskan posisinya sebagai salah satu aset investasi paling menarik di era modern.
6. Tekanan inflasi dan skandal kripto (2022)

Kenaikan suku bunga global, tekanan inflasi yang tinggi, serta skandal besar runtuhnya bursa kripto FTX pada 2022 membuat harga bitcoin kembali terpuruk ke bawah 20 ribu dolar AS pada pertengahan tahun. Kondisi ini memicu kepanikan luas di kalangan investor, bahkan banyak yang memilih menjual dengan kerugian besar karena takut pasar kripto tidak akan pulih.
Media internasional pun ramai memberitakan sisi gelap industri aset digital, mulai dari manipulasi pasar hingga lemahnya regulasi. Namun, seperti pola sejarah sebelumnya, fase penuh ketakutan justru membuka peluang emas bagi investor jangka panjang.
Mereka yang berani masuk ketika pasar dalam kondisi tertekan akhirnya menuai hasil manis. Terbukti, di akhir 2024, bitcoin berhasil bangkit dan menembus level psikologis 100 ribu dolar AS, mencatat tonggak baru dalam perjalanan aset kripto ini dan memperkuat keyakinan setiap masa krisis kerap menjadi awal dari siklus pertumbuhan besar berikutnya.
7. Bagaimana dengan 2025?

Per 1 Agustus 2025, bitcoin diperdagangkan di bawah 114 ribu dolar AS, naik hampir 80 persen dalam setahun dan 864 persen dalam lima tahun. Fidelity Digital Assets menyebut fase saat ini sebagai percepatan dengan volatilitas tinggi, yang bisa menjadi sinyal menuju fase bottom berikutnya.
Ahuja menekankan pentingnya mengamati faktor global seperti pembalikan likuiditas, pelemahan dolar, dan masuknya modal institusional melalui ETF. Hal ini bisa menandai awal siklus besar berikutnya.
Meski prediksi para ahli beragam, satu hal yang pasti: memahami sejarah harga bitcoin membantu investor mengambil keputusan lebih cerdas. Menurut Kraken, mengenali ciri bull market dan bear market bisa membuat investor lebih siap menyusun strategi di pasar kripto yang dinamis.