5 Fakta Menarik tentang Affluenza, Kekayaan yang Tidak Sehat!

Ancaman affluenza mulai memasuki generasi milenial hingga generasi Z, lho. Banyak orang berlomba-lomba meningkatkan citra diri mereka dengan menonjolkan kemewahan. Kekayaan dianggap sebagai sumber kebahagiaan.
Apalagi kini keberadaan media sosial juga semakin mendukung penyebaran sifat konsumerisme ini. Lalu, affluenza itu sebenarnya apa? Nah, simak tentang fakta kekayaan yang tidak sehat ini.
1.Efek kekayaan yang tidak sehat

Mendengar istilah affluenza pasti mengingatkan kita dengan penyakit influenza, bukan? Hal ini memang tidak sepenuhnya salah. Affluenza memang gabungan dari kata affluence yang artinya kemakmuran dengan kata influenza yaitu suatu penyakit.
Affluenza ini menggambarkan efek kekayaan yang tidak sehat pada individu. Kesuksesan finansial adalah segalanya. Mereka terus-menerus mengejar lebih banyak kekayaan dan status demi citra diri yang tinggi.
2.Tidak pernah merasa puas, haus akan kekayaan

Seorang affluenza sering merasa tidak puas dengan kesuksesan mereka saat ini. Terlepas dari banyaknya kekayaan material yang dimiliki, mereka terus terobsesi untuk mengejar lebih dan lebih banyak lagi uang.
Hal ini dilatarbelakangi dari mindset bahwa kebahagiaan hanya bisa didapatkan dari sarana moneter. Pengejaran kekayaan yang dilakukan terus menerus tidak menghasilkan pemenuhan. Alhasil, ketidakpuasan terjadi secara berkelanjutan.
3.Rentan tidak bahagia hingga depresi

Kekayaan membuat bahagia? Faktanya, seorang affluenza justru terjebak pada ketidakbahagiaan terus-menerus. Rasa tidak puas inilah yang membuat mereka akhirnya berujung pada ketidakbahagiaan.
Hal ini juga berdampak terhadap mental dan relationship seorang affluenza. Selain rentan cemas dan depresi, mereka juga memiliki empati yang rendah. Fokus tunggal pada kekayaan menyebabkan kurangnya koneksi dengan lingkungan sekitar.
4.Pentingnya melatih manajemen keuangan sejak dini

Kemunculan affluenza ini bisa dicegah sedini mungkin, lho. Peran orang terdekat seperti orangtua sangat diperlukan pada kondisi ini agar anak tidak jadi korbannya.
Nah, pemahaman tentang pengelolaan keuangan dengan membangun pola pikir yang tidak konsumtif. Selain itu, mengajarkan pentingnya kerja keras dalam mendapatkan uang, sehingga mereka lebih bijaksana dalam membelanjakannya.
5.Affluenza dengan konsumerisme

Coba bayangkan, jika affluenza menjadi mindset utama para generasi zaman sekarang, bukankah semakin banyak generasi milenial hingga generasi Z yang semakin konsumtif juga.
Realita ini mungkin sudah kita rasakan sekarang ini, bukan? Kebiasaan mengonsumsi barang berlebih. Padahal, barang yang dibeli bukanlah kebutuhan melainkan hanya keinginan. Jika kalian termasuk pada pengikut pemahaman ini, yuk, mulai berubah!
Affluenza menggambar seseorang yang tidak pernah puas dengan kekayaan mereka miliki dan terus menerus terobsesi untuk menjadi lebih. Walaupun bukan dari penyakit yang diakui secara medis, akan lebih baik jika kita mengenali dan mencegahnya sedini mungkin, ya. Jadilah bijak!