Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Intip Cara Nasabah Kaya Kelola Keuangan, Apa Saja sih Investasinya?

Direktur Wealth and Personal Banking HSBC Indonesia, Lanny Hendra. (IDN Times/Vadhia Lidyana)
Direktur Wealth and Personal Banking HSBC Indonesia, Lanny Hendra. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Jakarta, IDN Times - Nasabah kelas atas alias nasabah segmen affluent yang memiliki pendapatan tinggi memiliki cara sendiri untuk mengelola kekayaannya.

Direktur Wealth and Personal Banking PT Bank HSBC Indonesia, Lanny Hendra mengatakan nasabah affluent selalu berinvestasi dalam mengelola kekayaannya, dan dilakukan dengan diversifikasi portofolio.

“Sebenarnya kembali lagi gimana caranya punya balance asset diversification,” kata Lanny dalam perayaan HUT 140 tahun HSBC Indonesia di WTC Jakarta, Rabu (31/7/2024).

1. Jenis-jenis instrumen investasi yang biasanya dipilih nasabah kaya

ilustrasi kekayaan (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi kekayaan (IDN Times/Aditya Pratama)

Lanny mengatakan, setiap nasabah affluent memiliki preferensi yang berbeda-beda dalam memilih instrumen investasi. Namun, biasanya nasabah kaya tetap mengantongi instrumen investasi yang mudah dicairkan alias likuid, seperti reksa dana (mutual funds), obligasi, dan sebagainya.

“Ada juga yang sifatnya lebih ke kupon yang fixed, beli obligasi, dan ada juga yang lebih funds. Funds itu kan sebenarnya ada equity, ada fixing, lebih ke kalau pegang mutual fund kan tidak terlalu pusing,” ujar Lanny.

Dia mengatakan, berinvestasi di reksa dana mempermudah nasabah segmen affluent karena HSBC Indonesia bekerja sama dengan berbagai manajer investasi (MI) untuk melayani nasabah.

“Kita penginnya customer juga tidak terlalu ribet, oh musti monitor nih, turun, naik, turun, naik. Kalau funds itu kan sudah di-manage dengan manajer investasi, dan mereka sudah punya expertise,” tutur Lanny.

2. Berinvestasi di mata uang asing buat biayai pendidikan anak di luar negeri

Ilustrasi uang (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi uang (IDN Times/Aditya Pratama)

Tak hanya itu, HSBC Indonesia juga melihat kebiasaan nasabah segmen affluent berinvestasi pada mata uang asing. Biasanya, nasabah tersebut menyimpan mata uang asing untuk biaya pendidikan anak-anaknya di luar negeri.

“Ada yang anaknya sekolah di luar negeri, lebih banyak pegang foreign currency, karena harus nabung supaya fluktuasi tidak terlalu,” ujar Lanny.

3. Profil risiko investasi yang biasanya dipilih nasabah kaya

Ilustrasi investasi (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi investasi (IDN Times/Aditya Pratama)

Jika dilihat dari profil risiko, menurut Lanny terbagi dua. Bagi nasabah yang sudah terbiasa menjajal berbagai instrumen investasi, akan lebih berani berinvestasi pada produk berisiko tinggi.

“Jadi orang-orang yang mungkin sudah lebih seasoned, tendensinya punya asset classes yang lebih risky,” ucap Lanny.

Di sisi lain, dia melihat bagi nasabah segment affluent yang usianya sudah tua, akan lebih memilih investasi dengan risiko yang lebih rendah.

“Kalau misalnya orangnya sudah lebih old, mungkin dia lebih mau portfolio-nya lebih stabil. Jadi cukup merata lah ya menurut saya,“ ujar Lanny.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vadhia Lidyana
EditorVadhia Lidyana
Follow Us