Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Perlukah Investasi Kripto untuk Dana Pensiun? Ini Plus dan Minusnya

Ilustrasi bitcoin (freepik.com)
Intinya sih...
  • Aset kripto dikenal risiko tinggi karena fluktuasi nilai yang drastis
  • Nilai investasi bisa lenyap dalam hitungan minggu jika tidak dikelola hati-hati

Seiring perkembangan cryptocurrency sebagai kelas aset dan harga Bitcoin yang terus mencetak rekor tertinggi, semakin banyak pensiunan mulai mempertimbangkan aset digital sebagai pelengkap portofolio dana hari tua mereka. Kekhawatiran terhadap inflasi yang terus merangkak naik dan biaya hidup yang makin membebani tabungan, mendorong perdebatan tentang seberapa aman aset kripto disimpan sebagai bagian dari dana pensiun.

Di satu sisi, potensi imbal hasil yang tinggi membuat kripto tampak menarik, tetapi di sisi lain, fluktuasi nilai dan ketidakpastian regulasi menimbulkan keraguan. Karena itu, keputusan untuk berinvestasi di aset digital tidak boleh diambil gegabah. Pensiunan perlu benar-benar menimbang peluang keuntungan yang ditawarkan dengan berbagai risiko besar yang dapat mengguncang stabilitas finansial mereka di masa tua.

Dilansir GOBankingRates, berikut plus minus investasi kripto untuk dana pensiun.

1. Volatilitas tinggi mengancam pendapatan

Ilustrasi bitcoin (freepik.com)

Peringatan dari Government Accountability Office menegaskan, aset kripto memang dikenal sebagai instrumen dengan risiko tinggi karena pergerakan harganya yang bisa naik turun secara drastis dalam waktu singkat. Fluktuasi ini menjadi pedang bermata dua: di satu sisi menawarkan peluang imbal hasil besar, tetapi di sisi lain dapat menghancurkan nilai investasi dalam sekejap.

Bagi pensiunan yang sangat bergantung pada portofolio pensiun untuk biaya hidup sehari-hari, gejolak seperti ini jelas berbahaya. Nilai tabungan yang susah payah dikumpulkan puluhan tahun bisa lenyap hanya dalam hitungan minggu jika tidak dikelola dengan penuh kehati-hatian. Oleh karena itu, pemahaman risiko dan kesiapan mental menghadapi volatilitas menjadi kunci sebelum memutuskan memasukkan kripto ke dalam aset pensiun.

2. Rekomendasi alokasi masih terbatas

Ilustrasi koin kripto (freepik.com)

Departemen Tenaga Kerja AS menilai kripto memiliki risiko dan tantangan yang besar bagi peserta pensiun, terutama terkait stabilitas nilai dan kepastian hukum. Bahkan jika aset digital diizinkan masuk dalam program pensiun, alokasi yang disarankan umumnya sangat konservatif, biasanya tak lebih dari 1-5 persen dari total portofolio investasi.

Rekomendasi ini menunjukkan para ahli keuangan dan otoritas masih memandang kripto belum layak menjadi porsi signifikan dalam tabungan masa tua. Hal ini wajar, mengingat tujuan utama dana pensiun adalah memberikan rasa aman dan stabilitas jangka panjang, bukan mengejar imbal hasil tinggi dengan risiko kehilangan pokok investasi. Sebelum memutuskan, para pensiunan sebaiknya benar-benar memahami proyeksi keuntungan dan potensi kerugian yang bisa muncul sewaktu-waktu.

3. Ketidakpastian regulasi

Ilustrasi kripto (freepik.com)

Aturan mengenai kripto masih terus berkembang dan sering berubah-ubah seiring upaya pemerintah di berbagai negara menyesuaikan diri dengan teknologi aset digital. Kebijakan pajak baru, pembatasan transaksi, hingga pelarangan penuh di beberapa wilayah dapat memengaruhi nilai kripto secara tiba-tiba, bahkan dalam hitungan semalam.

Kondisi ini menambah lapisan ketidakpastian yang sulit diantisipasi, terutama bagi para pensiunan yang sangat membutuhkan kepastian arus kas dan stabilitas nilai investasi. Alih-alih menjadi penopang hari tua, aset kripto justru bisa memicu kekhawatiran baru jika peraturan mendadak berubah dan berdampak langsung pada nilai simpanan.

4. Beban pajak kurang efisien

Ilustrasi penarikan koin kripto (freepik.com)

Di Indonesia, skema pajak untuk aset kripto juga perlu diperhatikan para pensiunan yang tertarik berinvestasi di mata uang digital. Meski belum ada rekening pensiun seperti 401(k) di Amerika Serikat (AS), pemerintah Indonesia sudah memberlakukan pajak atas transaksi kripto melalui PPh final dan PPN.

Artinya, setiap kali investor kripto di Indonesia melakukan transaksi jual beli aset digital, akan ada potongan pajak yang mengurangi nilai keuntungan bersih. Jika tidak diperhitungkan sejak awal, beban pajak ini dapat menggerus potensi hasil investasi, apalagi bagi pensiunan yang seharusnya lebih fokus menjaga nilai aset agar stabil. Karena itu, perencanaan pajak menjadi aspek penting agar keuntungan dari kripto tidak tergerus pajak berlebih dan tetap sejalan dengan tujuan keuangan di masa pensiun.

5. Kompleksitas keamanan

Ilustrasi mengamankan koin kripto (freepik.com)

Mengelola kripto tidak semudah memegang saham atau reksa dana yang bisa diakses melalui bank atau manajer investasi. Pensiunan harus memahami aspek teknis seperti cara mengamankan dompet digital, manajemen kunci privat, hingga strategi perlindungan dari risiko peretasan atau penipuan daring.

Kesalahan kecil, seperti kehilangan kata sandi atau tertipu tautan phising, bisa membuat aset digital hilang selamanya tanpa peluang untuk dipulihkan. Bagi para lansia yang kurang terbiasa menggunakan teknologi digital atau kurang memahami cara kerja sistem blockchain, risiko ini menjadi ancaman nyata yang tak bisa diabaikan.

Karena itu, selain mempertimbangkan potensi keuntungan, kemampuan mengelola keamanan kripto juga harus menjadi pertimbangan utama sebelum menjadikannya bagian dari portofolio pensiun.

Keputusan memasukkan kripto ke portofolio pensiun perlu disesuaikan dengan kondisi keuangan, toleransi risiko, serta tujuan hidup masing-masing. Hanya mereka dengan dana darurat memadai dan pemasukan stabil yang sebaiknya mempertimbangkan kripto, itupun dengan porsi terbatas.

Pensiunan juga disarankan berkonsultasi dengan penasihat keuangan berpengalaman di aset digital. Selain pertimbangan investasi, perlu diperhatikan pula aspek pajak, warisan, dan keberlanjutan dana pensiun.

Kripto untuk pensiunan bukan keputusan hitam putih. Di satu sisi, aset digital menjanjikan diversifikasi dan potensi pertumbuhan, namun di sisi lain, fluktuasi dan risiko teknisnya bisa menjadi bumerang. Kuncinya, pahami baik-baik plus minusnya, kemudian tentukan langkah berdasarkan kondisi pribadi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us