Kau, kan, sudah tahu lama aku mengabu
Hari-hari meniadakan masa depan
Biarpun kau tanya dan kau marah
Telanjur aku remedial bicara
Entah kapan terakhir kali
Kurasai surya menusuk kulit
Tabir juga tak tahu ada di mana
Oleh karena itu, segenap hati kumohon
Tolong tinggalkan saja aku bersama senyap
Siapa pula yang senang diseret dalam derita
Aku tak perlu cahaya untuk tetap bernapas, kan?
Untuk apa membahas soal dongeng dan harapan
Sedang aku memilih untuk mendekap erat sesal
Sekali lagi biarkan aku terjebak dan terpijak di sini
Lantaran aku bukan yuyu atau rajungan atau kepiting
Hidupmu harus terus berjalan tanpa menoleh ke belakang
Kendati tersengal-sengal napasku sudah
Terbata-bata tak tahu mengoceh apa
Walau nyawaku pun tinggal setengah
Tak akan aku biarkan ada yang datang
Apalagi membawa lentera terang-benderang
Tak bisakah kau biarkan aku sendirian lenyap?
Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
[PUISI] Remedial Bicara

ilustrasi perempuan (pexels.com/Marcelo Chagas)
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Editor’s Picks
Editorial Team
EditorYudha
Follow Us