Aku luruh pada takdirku
Menahan permatamu adalah kesia-siaan
Karena aku hanya angka dua di seluruh kehidupan
Dan, matamu melihatku sebagai bayangan hitam

Dalam perjalanan itu, kau mengikatku pada keangkuhan
Wangi bahumu masih lekat dalam perasaan
Panas cepat berubah jadi malam
Dan, kau menghilang dalam kebisuan

Romansa tak lagi bergelora
Aku tak pernah berkata ya
Tapi kau benar-benar mengurasnya habis dari hatiku
Masih saja kau pura-pura tidak tahu

Di antara perasaan yang kau sembunyikan,
Doamu sampai di tempatku bersemayam
"Semoga segera menemukan bahagia," katamu
Senyum itu masih terasa tajam
Namun, kita terus bergeming,
Saling melepaskan

Aku mengikhlaskan semua pertanyaan yang tak pernah kau jawab
Luka-luka pun telah sirna
Hati membungkus tawa dan sakit ke dalam rekaman
Tersisa diriku dan rindu tanpa menunggumu pulang