[PUISI] Surga yang Terluka

Di ufuk timur, mentari masih menyapa
Raja Ampat berselimut cahaya surga
Karang dan ikan menari di bawah laut
Namun di atasnya, kerakusan mulai memagut
Gag, Kawe, dan Manuran bersaksi
Cakar mesin menggigit tanah asli
Bukan lagi gemericik air jernih
Tapi debu nikel yang mulai menyisih
Surga terakhir, kata mereka
Tapi surga kini dibungkam logam yang dipuja
Bukan nyanyian burung cenderawasih
Tapi gemuruh truk yang mengganti sunyi
Katamu ini demi masa depan hijau
Katamu ini demi energi yang lestari
Tapi apa arti bersih jika akar diracun?
Apa arti hijau jika laut dikeruhkan?
Tagar pun berkumandang,
#SaveRajaAmpat bukan sekadar suara bimbang
Ini jerit bumi yang terengah
Ini panggilan dari luka yang pasrah
Sang pemerhati bumi berseru di tengah riuh
Menembus dinding-dinding bisu penguasa
Tanyakan pada pasir putih yang kini merintih
Tanyakan pada terumbu yang mulai sedih
Bukan kami menolak kemajuan
Tapi apa arti maju jika surga dilupakan?
Jangan korbankan harta warisan
Demi emas semu dan janji masa depan
Wahai pemangku kuasa,
Ingat, tanah ini bukan milik siapa-siapa
Ia titipan, ia amanah
Yang harus dijaga, bukan dijarah
Raja Ampat, maafkan kami
Kami terlambat, tapi belum usai
Selama ada suara dan hati yang peduli
Kami akan terus berdiri
Menyuarakan langit dan lautmu kembali