Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Surga yang Terluka

ilustrasi pesona Raja Ampat (unsplash.com/sutirta budiman)

Di ufuk timur, mentari masih menyapa
Raja Ampat berselimut cahaya surga
Karang dan ikan menari di bawah laut
Namun di atasnya, kerakusan mulai memagut

Gag, Kawe, dan Manuran bersaksi
Cakar mesin menggigit tanah asli
Bukan lagi gemericik air jernih
Tapi debu nikel yang mulai menyisih

Surga terakhir, kata mereka
Tapi surga kini dibungkam logam yang dipuja
Bukan nyanyian burung cenderawasih
Tapi gemuruh truk yang mengganti sunyi

Katamu ini demi masa depan hijau
Katamu ini demi energi yang lestari
Tapi apa arti bersih jika akar diracun?
Apa arti hijau jika laut dikeruhkan?

Tagar pun berkumandang,
#SaveRajaAmpat bukan sekadar suara bimbang
Ini jerit bumi yang terengah
Ini panggilan dari luka yang pasrah

Sang pemerhati bumi berseru di tengah riuh
Menembus dinding-dinding bisu penguasa
Tanyakan pada pasir putih yang kini merintih
Tanyakan pada terumbu yang mulai sedih

Bukan kami menolak kemajuan
Tapi apa arti maju jika surga dilupakan?
Jangan korbankan harta warisan
Demi emas semu dan janji masa depan

Wahai pemangku kuasa,
Ingat, tanah ini bukan milik siapa-siapa
Ia titipan, ia amanah
Yang harus dijaga, bukan dijarah

Raja Ampat, maafkan kami
Kami terlambat, tapi belum usai
Selama ada suara dan hati yang peduli
Kami akan terus berdiri
Menyuarakan langit dan lautmu kembali

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us