Langit pernah bercerita
Tentang dua jiwa yang saling menemukan dalam tatap pertama
Dua jiwa yang terjatuh dan bersembunyi dalam luka yang sama
Adalah kita dengan langkah yang tertahan di garis waktu
Memilih membisu untuk mampu merapikan temu
Kau berlari demi melihat mimpi yang membiru
Menempuh jalan jauh dengan tiada meninggalkan denai di persimpangan itu
Membenahi tiap-tiap celah agar menjadi megah dan baru
Menyapa kehendak yang merambah bagai bunga yang memekarkan kelopaknya
Dan aku pun demikian
Meski dengan langkah kaki yang berbeda
Meski memikul rindu yang entah membuatku terjaga atau justru rapuh
Meski bergelut dengan rasa yang mencari-cari maknanya
Aku tetap bergerak dalam doa-doa panjangku
Kelak, ketika kita akhirnya berjumpa dengan kadar itu
Dan kau tidak menemukanku lagi
Atau aku yang tidak menemukanmu kembali
Semoga kita tetap bisa menemukan “kita” yang utuh dan sembuh
Ketahuilah, Tuan
Perjalanan rindumu adalah doa yang tiada usai kupanjatkan
Sampai waktu ketika Tuhan mempertemukanmu pada pelukan
Pada sebuah rumah yang kau sebut sebagai tempat pulang