Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi sandal (unsplash.com/@ali_alipli)

Langit mulai menguning ketika Pak Darman duduk di bangku kayu depan rumahnya, menatap jalan kecil yang sepi. Di sebelahnya, sepasang sandal jepit tua tergeletak diam, penuh debu, namun tak pernah dibuang. Sandal itu milik almarhum istrinya.

Setiap sore, sejak lima tahun lalu, Pak Darman duduk di tempat yang sama, mengenang hari-hari bersama Sumarni—perempuan yang menemaninya selama empat puluh tahun. Mereka tidak kaya, tapi cukup. Tidak sempurna, tapi saling terima.

Hari ini, angin bertiup lebih lembut dari biasanya. Burung-burung gereja berkicau pelan di atap rumah. Pak Darman memejamkan mata.

"Apa arti hidup, Marni?" bisiknya lirih, seolah suara itu bisa menembus dunia yang berbeda.

Editor’s Picks

Editorial Team

Tonton lebih seru di